TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia mengakui adanya kelemahan dalam penjagaan keamanan di daerah perbatasan yang menyebabkan terjadinya penyelundupan oleh kelompok teroris. Hal ini diakui setelah ditangkapnya jaringan teroris Abu Omar yang menjadi pemasok senjata.
"Jadi semuanya lemah, termasuk dalam mengawasi teritori," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Saud Usman Nasution, Selasa, 15 November 2011.
Saud mengatakan kendala utamanya terkait dengan luas wilayah perbatasan negara. Beberapa pengamanan kepolisian yang ada di perbatasan tidak mampu memenuhi kebutuhan. "Aparat kita di lapangan terbatas," katanya.
Ia juga memaparkan, penyeludupan senjata api dan amunisi ini dapat melewati berbagai alternatif yang jauh dari jangkauan aparat keamanan. "Misalnya naek perahu lewat kampung-kampung," katanya.
Selain itu, penyelundupan menurut Saud, dapat melalui jalan-jalan setapak dan sungai-sungai. Kondisi cuaca juga kerap menjadi pilihan para teroris untuk melaksanakan penyelundupan. Cuaca buruk menjadi peluang teroris melewati perbatasan.
Jaringan teroris Abu Omar melakukan penyelundupan senjata api dan amunisi dari Filipina. Di negara ini, menurut Saud, senjata api banyak diproduksi bahkan merupakan produksi rumahan atau home made. Beberapa daerah yang diduga menjadi jalur penyelundupan antara lain Nunukan, Balikpapan, Makassar dan Surabaya.
Sebagai antisipasi, menurut Saud, pihak kepolisian berusaha mengingatkan pada anggota di lapangan untuk lebih mewaspadai potensi ini. Para petugas perairan juga diminta untuk lebih peka terhadap masalah ini. Selama ini, Saud juga menyatakan, koordinasi para aparat penjaga perbatasan sudah tidak ada masalah.
FRANSISCO ROSARIANS