TEMPO Interaktif, Kupang - Kebakaran di lereng Gunung Lewotobi, Nusa Tenggara Timur, akibat pembakaran hutan oleh oknum tak bertanggung jawab hingga hari kelima ini belum juga padam. Kebakaran hutan itu juga mengakibatkan alat pendeteksi sesismograf Gunung Lewotobi terbakar.
Bupati Flores Timur Yosni Lagadoni Herin mengatakan, kebakaran di lereng Gunung Lewotobi masih terjadi, tapi tidak mengancam warga di sekitar lereng gunung itu. "Masyarakat tetap melaksanakan aktivitas seperti biasa," katanya kepada wartawan di Kupang, Selasa, 13 September 2011.
Menurut dia, kebakaran itu juga menyebabkan seismograf pemantau Gunung Lewotobi perempuan yang berstatus waspada ikut terbakar. Namun, kata dia, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) telah mengirim surat untuk menggantikan seismograf itu. "Rencana minggu ini seismograf itu akan diganti sehingga pemantauan aktivitas gunung tersebut kembali berjalan," katanya.
Dia mengatakan, pemerintah pun telah mempersiapkan upaya antisipasi jika Gunung Lewotobi Perempuan meletus. Upaya yang dilakukan, antara lain melakukan simulasi evakuasi warga di lereng gunung itu. "Simulasi akan kita gelar dalam waktu dekat ini," katanya.
Namun, dia mengaku pemerintah kekurangan dana untuk mengantisipasi letusan gunung tersebut. Sebab, dana tak tersangka sebesar Rp 1 miliar telah digunakan untuk membeli stok obat-obatan sekitar Rp 300 juta lebih dan sisanya digunakan untuk memperbaiki jalan di sekitar lereng gunung itu. "Perbaikan jalan itu untuk memperlancar upaya evakuasi ke titik-titik yang telah ditentukan," katanya.
PVMBG menaikkan status Gunung Api Lewotobi Perempuan dari normal aktif ke waspada setelah adanya peningkatan aktivitas gunung tersebut.
YOHANES SEO