TEMPO Interaktif, Makassar - Meski kalah dalam pertarungan Pemilu Presiden 2009, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla ternyata masih berpeluang menjadi calon presiden dari Partai Golkar pada Pemilu 2014. Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham mengatakan mantan Ketua Umum Partai Golkar itu terbuka setelah Partai Golkar memutuskan menggunakan mekanisme survei dalam penetapan capres dari partai berlambang pohon beringin ini.
"Semua masih terbuka untuk dicalonkan," kata Idrus Marham di hadapan peserta Pesantren Ramadhan Partai Golkar Sulawesi Selatan, Sabtu, 6 Agustus 2011. "Nanti kita akan menggunakan sistem survei untuk menetapkan calon presiden dari Golkar."
Baca Juga:
Sejauh ini, kata Idrus, survei ini sedang berjalan dalam tahap pertama hingga empat bulan kemudian. "Hasil surveilah yang menentukan," ujarnya.
Meski begitu, Idrus menegaskan idealnya sebagai sebuah partai, Golkar mencalonkan ketua umum pada Pemilu 2014 mendatang. Idrus meyakini bahwa Aburizal Bakrie-lah yang terbuka peluangnya menjadi capres Golkar.
"Dia kan hampir tiap hari bersama rakyat, jadi peluangnya memang paling besar. Masa tidak menang survei," kata Idrus yakin.
Diakui Idrus, pada Rapimnas lalu, seluruh kader menginginkan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dicalonkan menjadi presiden. Namun dia meminta untuk tetap dilakukan survei sebab Aburizal ingin mengetahui dirinya maju berdasarkan kehendak rakyat, bukan atas nama pribadi.
Di sisi lain, kata Idrus, Partai pun menginginkan kader yang diusung adalah orang-orang yang benar jadi, bukan calon yang belum jadi. Golkar, katanya, tak mau Partainya tersandera dalam menentukan calon presiden seperti yang dialami Jusuf Kalla tahun 2009 silam. Menurut Idrus, Golkar mematok waktu pelaksanaan survei capres 2014 akan dilakukan paling lambat akhir tahun 2012. "Kita sudah pengalaman pada masa-masa lalu, terlambat menentukan calon sehingga kami kalah," jelasnya.
Soal nama Jusuf Kalla yang disebut kuat oleh banyak pihak, Idrus menegaskan bahwa hal itu adalah pandangan kalangan elite semata. Pandangan elite biasanya tak selamanya sejalan dengan aspirasi rakyat.
ARDIANSYAH RAZAK BAKRI