Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kehilangan Zainuddin Mz  

image-gnews
Zainuddin MZ. TEMPO/Aditia Noviansyah
Zainuddin MZ. TEMPO/Aditia Noviansyah
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Perginya dai kondang Zainuddin Mz membuat banyak orang kehilangan. Ustad yang satu ini memang memikat banyak orang, meski juga punya sejumlah kontroversi. Majalah Tempo pernah menuliskan fenomena dai sejuta umat ini oleh kolumnis, sekaligus wartawan senior Tempo, Syu'bah Asa.

Berikut ini kenangan Syu'bah terhadap Zainuddin seperti dimuat Tempo pada Mei 2006. Tulisan itu ditulis saat pamor Zainuddin mulai menurun. Tulisan itu terasa relevan dengan dengan meninggalnya dai lulusan IAIN Syarif Hidyatullah itu:

Kehilangan Zainuddin Mz.

Syu'bah Asa
Wartawan senior

Saya kehilangan Zainuddin Mz. Saya diingatkan kepadanya oleh berita tentang muktamar partai-nya di Bali, pekan lalu. Saya termasuk penggemar siaran dakwah di televisi. Dan saya memang penikmat Zainuddin, lebih dari, atau paling tidak setara dengan Aa Gym sekarang ini.

Pada Zainuddin, maupun Aa, yang menonjol pertama kali adalah ciri. Ibarat pengarang, Zainuddin seorang stylist. Sementara Aa selalu seperti mengobrol dengan teman-teman akrab, Zainuddin meluncur dengan kalem, bak perahu yang tenang, dengan nada yang tetap dan intonasi yang terjaga. Kalimat-kalimatnya terpelihara, formal, elegan, dan benar secara tata bahasa, disusun dari kata-kata sederhana, namun di sana-sini indah dan lancar bak sudah dihapalkan sebelumnya. Dengan voltase yang konstan dan disiplin yang terkendali, ia mencengkeram seluruh perhatian pendengar-sampai ketika ia tiba-tiba menjatuhkan pitch-nya dan membuat perubahan di dalam ritme. Di sini biasanya ia selipkan pertanyaan khas (yang sekarang ini pun masih dijadikan lelucon di salah satu iklan di televisi): "Betul?... Betul?..."

Berbeda dengan Aa Gym yang bicara selalu di sekitar akhlak pribadi, Zainuddin mengumandangkan ajakan perbaikan pribadi itu sehubungan dengan problem kemasyarakatan. Ya, hanya dialah, sampai sekarang, yang menyentuh bidang sosial-politik. Saya dengar namanya pertama kali pada 1987, ia diceritakan (oleh seorang lurah di pelosok Tangerang) sebagai mubalig baru yang "berani": bisa mengkritik pemerintah dengan cara menyindir, dan karena itu aman serta membuat hadirin ketawa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Waktu itu ia belum bertaraf nasional, tapi jumlah penggemarnya meningkat cepat. Bacaan Qur'annya yang bagus, materi dakwahnya yang secara agama benar (saya mencatat hampir 10 kesalahan interpretasi atau kesempitan pandangan dai televisi sekarang ini), dan seruan tahlil dramatis yang menutup doanya di akhir acara membuat orang merasa tenteram di hadapan seorang kiai. Seluruh Tanah Air kemudian diguyur kebesaran namanya. Di Papua, berhari-hari orang dari berbagai kota berkemah menunggu kemunculannya.

Tapi, yang selanjutnya adalah politik. Berbekal popularitas, ia membikin atau didorong membikin partai. Benar. Perolehan suara Partai Bintang Reformasi, sempalan Partai Persatuan Pembangunan, bukan sama sekali kecil-lebih besar, misalnya, dari partai Mbak Tutut (Siti Hardijanti Rukmana). Memang, perolehan itu masih di bawah yang tentunya diharapkan sang ustad. Dalam kenyataan, tidak semua pengagumnya sebagai dai memilih partainya atau bahkan akan memilihnya menjadi presiden andai ia mencalonkan diri. Dan memang, bayangan karier kepala negara semakin jauh. Seperti juga Tutut, ia urung maju sebagai calon.

Dan itulah kenyataan pertama yang mestinya tak diharapkannya, tentang popularitas. Sebentar ia menjadi ketua umum, pesaingnya muncul dari sebelah dalam. Partai pun pecah dua dan ia tak mampu menyatukan kedua sayap. Terakhir, ia tidak lagi mencalonkan diri. Dalam muktamar islah di Bali kemarin, namanya hanya terdengar di akhir sekali sebagai Ketua Dewan Syuro.

Apa pentingnya Ustad, Ketua Dewan Syuro sebuah partai yang tidak tampak menjanjikan masa depan? Maaf. Saya tidak bicara tentang para fungsionaris lain. Dengan mengendarai partai yang didirikan dengan mengibarkan namanya, mereka menempuh jalan politik yang jamak untuk menjadi menteri atau paling tidak anggota DPR dan mendapat penghasilan bagus. Hanya burung besar yang berani terbang sendirian, sementara yang kecil selalu memerlukan lembaga. Tapi, bagaimana dengan Zainuddin? Bagaimana cara dia memberi harga pada jenis-jenis profesi sehingga praktis meletakkan seorang politisi--bahkan, ya, presiden--di atas seorang kiai, dan menjadikan jabatan mubalig sekadar pengisi masa transisi?

Kemarin, saya berjalan di pinggir sebuah pasar kecil. Aneh, setelah sekian lama menghilang, tiba-tiba terdengar suara kaset ceramah yang bagus, dari sebuah kios. Saya menggumam (seperti seorang gadis mendengar suara bekas pacar): Itu Zainuddin. Itu Zainuddin....


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

12 Tahun Lalu Zainuddin MZ Wafat, Berikut Perjalanan Dakwah dan Politik Dai Sejuta Umat

5 Juli 2023

K.H. Zainuddin M.Z. Dok.TEMPO/Fernandez Hutagalung
12 Tahun Lalu Zainuddin MZ Wafat, Berikut Perjalanan Dakwah dan Politik Dai Sejuta Umat

Zainuddin MZ disebut Dai Sejuta Umat pada masanya. Berikut profil dan perjalanan dakwah hingga terjun ke dunia politik yang dilakoninya.


11 Tahun Zainuddin MZ atau Dai Sejuta Umat Wafat, Berikut Profilnya di Panggung Dakwah dan Politik

5 Juli 2022

KH Zainuddin MZ. TEMPO/Gunawan Wicaksono
11 Tahun Zainuddin MZ atau Dai Sejuta Umat Wafat, Berikut Profilnya di Panggung Dakwah dan Politik

Zainuddin MZ telah wafat pada 5 Juli 2011, namun gaya dakwah Dai Sejuta Umat ini tetap dikenang jemaah. Ini profilnya dan sempat ke panggung politik.


10 Tahun lalu, Kepergian Dai Sejuta Umat Zainuddin MZ

5 Juli 2021

K.H. Zainuddin M.Z. Dok.TEMPO/Fernandez Hutagalung
10 Tahun lalu, Kepergian Dai Sejuta Umat Zainuddin MZ

Hari ini genap 10 tahun Indonesia kehilangan Dai Sejuta Umat, Zainuddin MZ. Selasa, 5 Juli 2011, ia meninggal di Jakarta.


Zainuddin MZ Wafat Sebelum Tiba di Rumah Sakit

5 Juli 2011

KH Zainuddin MZ meninggal dunia. TEMPO/Aditia Noviansyah
Zainuddin MZ Wafat Sebelum Tiba di Rumah Sakit

"Almarhum datang dibawa oleh keluarga pada pukul 09.20 WIB. Ketika diperiksa sudah tidak menunjukkan tanda-tanda vital sign."


Islah PBR Selesai Sore Ini

26 Desember 2005

Islah PBR Selesai Sore Ini

Wakil Ketua MPR Aksa Mahmud menyatakan Islah dalam tubuh Partai Bintang Reformasi (PBR) diharapkan selesai sore ini. Menurut Aksa yang diperlukan saat ini adalah sosialisasi hasil kesepakatan Kubu Zainudin MZ dan Kubu Zainal Maarif kepada pihak-pihak yang masih belum puas.


Islah Buntu, Zaenal Maarif Dirikan PBR Baru

7 November 2005

Islah Buntu, Zaenal Maarif Dirikan PBR Baru

Islah antara Zaenal Ma'arif dengan Zaenuddin MZ dalam konflik internal Partai Bintang Reformasi hanya berlangsung sesaat. Setelah beberapa waktu lalu mengumumkan perdamaian, Zaenal menyatakan islah di tubuh PBR tak lagi bisa diteruskan. Zaenal kawan-kawannya mendirikan Perhimpunan Bintang Rakyat.


Tim 6 Gagal Selesaikan Sengketa PBR

21 Oktober 2005

Tim 6 Gagal Selesaikan Sengketa PBR

Tim enam dua kubu Partai Bintang Reformasi (PBR) gagal menyelesaikan sengketa internal partai. Salah satu anggota tim enam dari kubu Zaenal, Mahfudz Djaelani, persiapan muktamar luar biasa sudah siap digulirkan. "Bila terjadi deadlock,"katanya.


Islah PBR Macet, Zaenal Akan Tarik Wakilnya

6 September 2005

Islah PBR Macet, Zaenal Akan Tarik Wakilnya

Islah Partai Bintang Reformasi (PBR) yang difasilitasi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Aksa Mahmud dipastikan mengalami jalan buntu.


Zainudin dan Zaenal Akar Konflik PBR

25 Agustus 2005

Zainudin dan Zaenal Akar Konflik PBR

Menurut Sekretaris Jenderal Partai Bintang Reformasi (PBR) kubu Zenal Maarif, Migdat Husein jika kedua kubu memaksakan Zaenudin atau Zaenal menjadi calon ketua umum, maka PBR potensial muncul konflik.


Kedua Kubu PBR Setor 20 Nama

17 Agustus 2005

Kedua Kubu PBR Setor 20 Nama

Dua kubu Partai Bintang Reformasi (PBR) yang berseteru dan dalam proses pendamaian oleh Wakil Ketua DPD, Aksa Mahmud kini mulai memasukkan nama-nama yang akan didudukan sebagai pengurus baru hasil islah. Masing-masing kubu mendapatkan jatah 20 nama yang disetorkan ke tim enam untuk diseleksi sebelum ditempatkan posisinya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Zaenuddin MZ maupun Zaenal Maarif sama-sama memiliki peluang untuk menjadi ketua umum.