TEMPO Interaktif, Dieng - Dieng Culture Festival kembali digelar untuk kedua kalinya. Tahun ini, sebanyak 7 anak yang mempunyai rambut gimbal menjalani ritual ruwatan sekaligus pemotongan rambut gimbal.
“Peserta ruwatan menurun dibandingkan tahun lalu,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Dieng Pandawa, Alif Fauzi, Minggu 3 Juli 2011.
Alif mengatakan, tahun lalu, sebanyak 8 anak gimbal Dieng ikut dalam prosesi ruwatan. Menurutnya, seiring dengan perkembangan zaman, anak gimbal Dieng sudah tak sebanyak zaman dulu. Ia sendiri mengaku tak mengetahui apa penyebabnya.
Fauzi mengatakan, anak gimbal biasanya berumur 2-10 tahun. Mereka diyakini merupakan titisan dari Kiai Kolodete.
Seperti tahun sebelumnya, pemotongan rambut gimbal dipusatkan di Pelataran Candi Pandawa Desa Dieng Kulon Banjarnegara. Sebelum ruwatan, berbagai ritual dilakukan seperti kirab dari rumah pemangku adat hingga kawasan candi. Seperti tahun lalu, ritual tersebut disaksikan oleh ribuan wisatawan yang ingin menyaksikan dari dekat acara tersebut.
Naryono, pemangku adat setempat mengatakan, biasanya anak yang ingin dipotong gimbalnya akan mengajukan persyaratan tertentu. “Kalau tidak dipenuhi, mereka tidak akan mau,” katanya.
Seperti Mutoharoh, 6 tahun, ia mau dipotong rambutnya asalkan orang tuanya menyediakan 500 buah tempe mentah. Selain dia, Dewi Anjani meminta yang lebih aneh, yakni ia meminta 600 butir telur serta 600 buah tempe dan tahu yang telah digoreng.
Tahun ini, si Raja Gimbal, Al Farizi, belum mau dipotong rambutnya. Ia meminta orang tuanya menggelar wayangan dan barongsai sebelum dipotong rambutnya. Dari sekian anak gimbal, rambut Al Farizi memang terlihat paling rapi. Seperti Bob Marley, tokoh rastafaria.
Kepala Dinas Pariwisata Banjarnegara, Suyatno, mengatakan dengan adanya Dieng Festival Culture tersebut ia berharap wisata Dieng segera pulih kembali setelah meningkatnya aktivitas Kawah Timbang. “Tahun depan akan digelar lagi. Ini akan menjadi ajang tahunan,” katanya.
ARIS ANDRIANTO