TEMPO Interaktif, Cilegon - Ribuan truk pengangkut barang yang akan menyeberang dari Pelabuhan Merak, Banten, ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung masih antre sepanjang 10 kilometer. Ekor antrean truk masih berada di kilometer (KM) 95 jalan tol Tangerang – Merak.
Antrean truk di Pelabuhan Merak disebabkan oleh terbatasnya jumlah kapal roll on – roll off yang beroperasi melayani penyeberangan di Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni. Serta meningkatnya volume kendaraan yang akan melakukan penyeberangan.
Direktur Utama PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Danang S Baskoro mengatakan, tingginya volume kendaraan yang melintas ke Pelabuhan Merak – Bakauheni, karena biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa ekspedisi lebih murah jika dibandingkan melakukan pengiriman barang melalui Tanjung Periuk – Sumatera.
“Jadi kalau pengiriman barang melalui Tanjung Periuk- Sumatera Barat bisa memakan biaya Rp 8 juta, namun melalui Pelabuhan Merak – Bakauheni bisa setengahnya,” kata Danang, Minggu 19 Juni 2011.
Tidak hanya itu, pola kedatangan truk yang akan melakukan penyeberangan datang ke Pelabuhan Merak dengan cara serempak. Sehingga, antrean truk tidak dapat di hindari lagi. “Pola truk datang itu selalu malam hari,” ujar Danang.
Antrean truk ini juga diakibatkan, kapal ro-ro yang beroperasi banyak yang melakukan docking atau perawatan. Sehingga, jumlah trip kapal di Pelabuhan Merak turun. “Antrean ini juga disebabkan adanya penambahan dimensi truk, miasalnya dari 14 meter terus truk dirubah menjadi 18 meter sehingga mengurangi daya angkut kapal,” katanya.
Upaya yang dilakukan PT ASDP Indonesia Ferry, kata Danang, yaitu mengoptimalkan kapal yang beroperasi dan meningkatkan jumlah trip kapal. “Saat ini kapal yang beroperasi terdapat 22 kapal, jika dipertahankan hingga senin, 20 Juni 2011 antrean bisa teratasi,” katanya.
Dari data di PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Utama Merak, volume truk yang terangkut terus mengalami peningkatan, pada Rabu 15 Juni jumlah truk yang terangkut sebanyak 2.710 unit truk dengan jumlah trip kapal sebanyak 76 trip. Pada Kamis, 16 Juni truk yang terangkut sebanyak 2.111 unit truk dengan jumlah trip kapal sebanyak 74 trip.
Sedangkan Jumat, 17 Juni truk yang terangkut sebanyak 2.652 unit dengan jumlah trip kapal sebanyak 80 trip dan pada Sabtu, 18 Juni jumlah truk yang terangkut sebanyak 2.742 unit dengan jumlah trip kapal sebanyak 81 trip.
Sementara itu, Nurdin, 35 tahun, seorang sopir truk mengatakan, kendaraannya hanya bisa bergerak 15 menit sekali. "Sejak datang ke Merak pada pukul 10.00 WIB, hingga pukul 15.00 WIB truk saya belum bisa naik kapal," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Ferry Indonesia Bambang Haryo menyatakan, untuk bisa melancarkan penyeberangan Merak – Bakauheni, regulator (Kementerian Perhubungan) harus bisa merubah regulasi yang saat ini diterapkan."Pemicu kemacaten di Merak sangat komplikatif, dan regulasinya harus diperbaiki,” kata Bambang Haryo.
Menurut Bambang, faktor antrean truk tersebut yaitu, karena adanya ketentuan yang mengharuskan kapal yang beroperasi dilintasan Merak – Bakauheni hanya dengan kecepatan 7,5 knot. Padahal ketentuan secara umum, kapal- kapal itu harus berlayar dengan kecepatan minimal 10 knot.
Dengan adanya ketentuan itu, kata Bambang, telah memicu trip kapal yang beroperasi menjadi tidak bisa maksimal. Bahkan, pembatasan kecepatan itu juga memicu kerusakan mesin kapal. “Dengan kecepatan 7,5 knot itu, kapal-kapal itu tidak bisa memaksimalkan pendingin untuk mesin kapalnya,” ujar dia.
WASI’UL ULUM