Menurut IPW, siapapun yang menggantikan Wahyono, harus mampu mengungkap sejumlah kasus teror bom. Di antaranya kasus teror bom molotov di Kantor Majalah Tempo, kasus bom buku, dan bom bunuh diri di Polresta Cirebon, Jawa Barat. “Untuk itu Kapolri harus mampu memilih perwira yang berkualitas untuk menjadi Kabaintelkam,” kata Neta.
Bagi pengganti Wahyono, diminta IPW untuk mampu membangun koordinasi dan konsolidasi yang solid di internal Polri. Yakni antara bagian Intelkam dengan unit-unit kerja Polri lainnya. Selama ini, IPW menilai pola koordinasi Intelkam dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror masih buruk.
Intel, kata Neta, sering tidak dilibatkan dalam penanganan terorisme oleh Densus. “Densus cenderung membangun jaringan intel sendiri, sehingga terjadi arogansi sektoral. IPW berharap Kapolri mencermati hal ini,” ujarnya.
Tantangan bagian Intelkam ke depan dinilai IPW cukup berat. Selain harus menuntaskan penanganan kasus teror bom, Intelkam juga harus bisa mengawal dengan baik sejumlah pelaksanaan pemilihan kepala daerah, pemilihan umum, pemilihan presiden, serta kemungkinan adanya teror bom berikutnya.
ISMA SAVITRI