TEMPO Interaktif, Banda Aceh - Jumlah korban yang meninggal dalam banjir bandang di Tangse, Kabupaten Pidie, bertambah. Sampai Sabtu (12/03) telah ditemukan 13 orang tewas dalam musibah tersebut.
Hal tersebut disampaikan oleh Suadi Sulaiman Laweung, Anggota DPRK Pidie kepada Tempo. “Itu informasi terbaru dari lapangan, saya berada di lokasi,” ujarnya.
Sebelumnya, hingga kemarin korban tewas mencapai 10 orang.
Menurut dia, wilayah terparah yang dikepung banjir adalah Desa Blang Pandak, Kecamatan Tangse. Saat ini warga di sana masih terisolir karena satu-satunya akses jalan sudah terputus. Sepanjang 7 kilometer jalan ke sana rusak parah.
Kondisi warga Desa Blang Pandak sangat memprihatinkan. Mereka hingga kini tak bisa dievakuasi ke lokasi pengungsian karena derasnya arus sungai dan sangat berisiko untuk dijangkau. Desa tersebut mempunyai 1.500 jiwa penduduk atau sekitar 360 Kepala Keluarga.
Baca Juga:
Menurut Suadi, beberapa orang yang ingin mengetahui kondisi mereka harus menggunakan ban untuk menyeberang sungai dengan risiko yang sangat tinggi. Pihak Pemerintah Pidie sedang mencari solusi untuk mengevakuasi masyararakat dari lokasi tersebut. Diperkirakan masih ada belasan korban lainnya yang belum ditemukan.
Banjir bandang terjadi pada Kamis (10/03) malam, akibat hujan yang terus mengguyur wilayah itu. Akibatnya beberapa desa hancur. Puluhan rumah warga hanyut dan mengalami rusak parah. Saat ini, bantuan dan tim relawan kemanusiaan terus mengalir ke sana, untuk melakukan evakuasi warga.
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan banjir tersebut terjadi karena illegal logging. Hal itu diperkuat dengan banyaknya log kayu yang terbawa air saat banjir bandang tersebut. Irwandi sudah meninjau lokasi tersebut kemarin bersama Bupati Pidie dan para pimpinan kabupaten.
Kecamatan Tangse terletak sekitar 48 kilometer dari Sigli, Ibu Kota Pidie atau sekitar 138 kilometer dari Banda Aceh.
Adi Warsidi