Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menjelaskan kepada masyarakat megenai dampak jangka panjang susu formula yang mengandung bakteri enterobacter sakazakii.
Menurut Ketua YLKI Husna Zahir, dampak susu itu perlu dijelaskan secara transparan karena temuan kandungan bakteri, terjadi pada 2003-2006 lalu. “Sekarang, anak yang mengonsumsi pada masa itu sudah beranjak besar,” kata Husna, ketika dihubungi, Sabtu (12/2) pagi.
Menurutnya, Menteri Kesehatan bulum sekalipun memberikan keterangan soal efek samping dari susu yang dikonsumsi beberapa tahun lalu tersebut. Seperti, keluhan atau gejalan medis pada anak.
“Menteri Kesehatan belum bisa menyudahi keresahan masyarakat. Seharusnya dijelaskan dampak beberapa tahun berikutnya, sejak anak mengkonsumsi,” katanya.
Bahkan, Husna melanjutkan, informasi soal susu formula tercemar bakteri itu seperti ditutup-tutupi. Pada acara konfrensi pers, Kamis lalu, juga tidak disampaikan dengan rinci jenis atau merek susu formula yang mengandung bakteri itu.
YLKI mendesak Kementerian Kesehatan membuka posko pengaduan. Lewat posko itu, kata Husna, masyarakat bisa berkonsultasi, atau melapor apabila ada anaknya yang sakit akibat mengonsumsi susu formula. “Mestinya kementerian kesehatan yang memang membidangi soal kesehatan bisa menjelaskan,” imbuhnya.
Pada 26 April lalu, Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan vonis kepada Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Intitut Pertanian Bogor, untuk menyampaikan susu formula yang diduga menandung bakteri enterobacter sakazakii.
Putusan ini dikeluarkan setelah David M.L. Tobing, mengajukan gugatan pada 6 April 2009. Bapak dua balita itu mengaku resah dengan hasil penelitian Sri Estuningsih dari IPB karena tidak mengumumkan merek-merek susu formula yang diduga mengandung bakteri sakazakii itu.
HAMLUDDIN
Iklan
