TEMPO Interaktif, Bandung - Aksi demonstrasi mengkritisi satu tahun pemerintahan SBY-Boediono yang awalnya berlangsung damai di depan Gedung Sate Bandung akhirnya berujung ricuh. Bentrok terjadi antara polisi dan sekitar 20 orang mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Kota Bandung. Dua orang pendemo sempat ditangkap namun kemudian dilepas lagi.
Massa dari GMNI itu datang paling akhir. Mereka menggelar aksinya setelah kelompok mahasiswa lainnya memutuskan membubarkan diri selepas hujan deras mengguyur Bandung sejak tengah hari. Awalnya masa GMNI itu menggelar orasi tepat di depan barisan petugas polisi yang berjaga di depan Gerbang Gedung Sate.
Sekitar sepuluh menitan pertama aksi berjalan biasa, mahasiswa berorasi. Aksi itu mulai berjalan kisruh setelah sebagian melompat-lompat di depan polisi yang berjaga. Aksi itu lalu bergulir kalut. Dimulai dengan saling dorong, puluhan mahasiswa yang memang kalah jumlah itu dirubung polisi.
Kabag Ops Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar Daniel Kantiadagro sempat adu mulut dengan pengunjuk rasa. "Kalau mau unjuk rasa sampaikan dengan baik, kami pelayan mu, kami babu mu, tapi jangan pancing kami," katanya di depan mahasiswa.
Di tengah kericuhan itu, 2 pengunjuk rasa Peres dan Charles sempat ditangkap polisi. Charles yang menggunakan jaket almamater biru diseret sejumlah polisi ke balik gerbang Gedung Sate. Sementara Peres, saat hendak ditarik polisi terjatuh. Peres sempat diseret saat jatuh dan dihujani kaki polisi yang sempat emosi.
Kericuhan kemudian reda setelah Daniel meminta mahasiswa berkumpul untuk menenangkan situasi. Dia meminta mahasiswa mengakhiri unjuk rasa itu, dan mengembalikan mahasiswa yang sempat diamankan. Peres dan Charles lalu diserahkan pada kawan-kawannya.
Ketua Komisariat Kampus GMNI Kota Bandung Ilham Wiratmaja mengatakan, polisi sempat terpancing emosinya. Dia memilih tidak memperpanjang urusan akibat bentrok itu. "Kita damai di tempat," katanya.
Kasubag Humas Polrestabes Bandung Komisaris Endang Sri Wahyu Utami membantah pihaknya represif menghadapi pengunjuk rasa. "Mereka loncat-loncat lalu mukul polisi," katanya pada wartawan.
Dia membantah polisi melakukan pemukulan dalam kericuhan itu. Kedua pengunjuk rasa itu, tambahnya, sengaja dibawa untuk ditenangkan. Salah satunya, disebutnya, yang memulai memukul polisi.
Endang mengatakan, untuk pengamanan unjuk rasa hari ini, ada 700 petugas polisi yang dikerahkan dari Polda, Polrestabes, Polsek-Polsek, hingga Provost polisi. Kendaraan berat polisi untuk menghalau masa, seperti Water Canon, juga diparkir di Gedung Sate.
Lepas pukul satu siang, Gerbang Gedung Sate sudah lengang. Sejak pukul sepuluh pagi, datang bergantian sejumlah kelompok pengunjuk rasa. Mereka sengaja menggelar aksi itu untuk mengkritik setahun jalannya pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, yang memasuki periode ke dua memimpin Indonesia.
Pengunjuk rasa sempat diguyur hujan deras jelang tengah hari. Sebagian masih tetap bertahan berorasi di depan gerbang Gedung Sate di bawah guyuran hujan. Unjuk rasa itu sempat diwarnai aksi bakar buku oleh Kelompok mahasiswa asal BEM Bandung Raya.
Koordinator kelompok itu, Asep Rovi mengatakan, buku yang dibakar itu adalah buku bikinan sendiri. Buku itu merupakan kumpulan tulisan hasil evaluasi kinerja 6 tahun Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono memerintah. "Sengaja kita bakar, kalau kita kirimkan ke presiden juga akan berakhir di tong sampah," katanya.
AHMAD FIKRI