TEMPO Interaktif, Bandung -Tumbuhan singkong beracun ternyata menjadi makanan pokok di Desa Cireundeu, Cimahi, Jawa Barat. Bahkan penduduk Desa Cireundeu pada 1967 pernah dianugerahi sebagai desa pahlawan pangan.
"Warga disini sehat, kuat, dan cerdas, mampu berprestasi bahkan dalam bidang olahraga. Dari segi pendidikan, banyak anak kami yang kuliah, sukses, berkat singkong racun," papar Pemuka Desa Cireundeu, Asep Abbas kepada Tempo, Kamis (7/10).
Adapun singkong yang dimaksud, tumbuh liar di sekitar desanya. Namun secara turun temurun, masyarakat desa Cireundeu ternyata mampu mengolah singkong racun tersebut dengan baik.
"Singkong dicuci dulu, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kandungan airnya menguap habis. Serta dengan tahap-tahap khas kami lainnya," ujarnya.
Dengan begitu, kandungan racun di dalam singkong hilang. Dia juga bersedia jika diminta untuk mengajarkan cara pengolahan tradisionalnya itu ke masyarakat.
Menanggapi hal itu, Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi memberi apresiasi positif. "Ini adalah kearifan pangan lokal yang patut dicontoh," ungkap Bayu.
Mereka, lanjut Bayu, tidak terganggu harga beras nasional, yang sangat fluktuatif karena ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras. Belum lagi jika terjadi bencana di daerah seperti kekeringan atau kebanjiran yang mengakibatkan gagal panen.
Pada 1967, desa yang dihuni sekitar 300 kepala keluarga itu dianugerahi desa pahlawan pangan. "Saat itu masa revolusi dan pemerintah gencar memberantas pemberontakan PKI. Kala itu beras sangat langka bahkan masyarakat ada yang makan bulgur karena kelaparan," ungkap Asep.
Desanya saat itu menjadi pemasok beras singkong. Turun temurun mereka pun memproduksi singkong. "Walhasil, masyarakat sekitar, hingga kawasan sekitar desa kami bebas bencana kelaparan," ungkapnya.
ANGIOLA HARRY