TEMPO Interaktif, Semarang - Serikat Pekerja Nasional Jawa Tengah mendukung agar aktivis buruh yang meninggal 17 tahun silam, Marsinah, dijadikan sebagai pahlawan buruh Indonesia.
"Perjuangan Marsinah membela buruh sangat luar biasa sehingga ia layak disebut pahlawan," kata Sekretaris Serikat Pekerja Nasional Jawa Tengah Ucok Sutrisno kepada Tempo, Senin (10/5).
Serikat Pekerja juga sangat mendukung jika tanggal meninggalnya aktivis buruh perempuan tersebut, 8 Mei, sebagai Hari Perjuangan Buruh Perempuan Indonesia.
Selain itu, Serikat Pekerja Nasional Jawa Tengah juga meminta agar sosok Marsinah seharusnya dijadikan sebagai monumen agar perjuangan-perjuangannya tidak dilupakan. "Bahkan, sosok Marsinah harus dijadikan perekat para buruh," kata Ucok.
Ucok menilai, figur almarhum Marsinah layak menjadi ikon perjuangan para buruh. Sebab, saat ini gerakan buruh sudah tercerai berai dan belum tentu jelas arah perjuangannya.
Ucok berharap agar para buruh agar tidak semakin tertindas maka harus bisa bersatu melawan hegemoni pemerintah maupun para pengusaha.
Dengan kegigigan memperjuangkan buruh, kata Ucok, Marsinah harus rela menjalani hidup dengan terpinggirkan.
Marsinah adalah aktivis buruh yang meninggal 17 tahun lalu. Ia ditemukan meninggal dengan kondisi mengenaskan di area hutan Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur. Ia adalah buruh pabrik PT Catur Putra Surya yang saat itu berjuang bersama kawan-kawannya untuk menuntut kenaikan gaji sesuai Upah Minimum Regional (UMR), cuti hadi, cuti hamil, perhitungan upah lembur, dan pembubaran unit kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang mereka anggap tidak mewakili kepentingan buruh.
ROFIUDDIN