“Pilihan sikap ini jangan diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap PWNU. Hanya dalam hal ini sikap kami berbeda,” kata Kiyai Idris Hamid, Ketua PCNU Kota Pasuruan, Jawa Timur, usai melakukan silaturrahmi bersama suluruh pengurus PCNU di Jombang, Selasa (27/04).
Sebagai pengurus NU yang berada di tingkat cabang, kata dia, sudah sewajarnya atau taat kepada keputusan pimpinan di pusat. Sikap itu diamini 34 pengurus PCNU lain yang hadir. Penegasan atas dukungan itu juga dilontarkan Kiyai Faqih, Ketua PCNU Kota Mojokerto, Kiyai Marzuki, Ketua PCNU Kota Malang, dan Kiyai Junaidi Hidayat, perwakilan PCNU Kabupaten Jombang.
Junaidi Hidayat menambahkan, dukungan itu diambil untuk menciptakan kondisi internal NU agar jauh dari konflik. Sesuai dengan Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) NU, keputusan rais am dan ketua umum bersifat final. Artinya, setelah keputusan itu diambil tidak perlu ada gugatan atau penolakan lagi dari pengurus di bawahnya.
Seperti diberitakan, Kamis pekan lalu, melalui Sekretaris PWNU Jatim, H Masyhudi Muchtar, mengatakan NU Jatim sepakat mengirim surat penolakan susunan pengurus PBNU yang diumumkan pad 19 April. Kepengurusan ini dianggap menyimpang dari hasil muktamar karena prosesnya tanpa melalui rapat formatur.
Susunan itu juga berbeda dengan hasil rapat formatur di Kajen, Pati pada 12 April. NU Jatim menganggap susunan pengurus yang sah adalah hasil rapat formatur di Kajen itu. Dijelaskan, mulanya dalam rapat di Kajen, tepatnya di kediaman Rais Am terpilih, KH Sahal Mahfudz diputuskan bahwa wakil rais am dan ketua dewan tanfidz terpilih, Said Aqil Siradj diisi dua orang.
Untuk mendampingi rais am muncul nama Hasyim Muzadi dan Mustofa Bisri. Sementara untuk pendamping Ketua Umum PBNU, formatur mengangkat As’ad Ali Said (Waka Badan Intelijen Negara-BIN) dan Slamet Effendy Yusuf (mantan ketua GP Ansor). Selama sepekan hasil rapat formatur itu diprotes karena dua orang wakil dianggap melebihi ketentuan.
Akhirnya, mendadak rais am dan ketua dewan tanfidz menganulir hasil rapat formatur di Kajen. Dalam pengumuman nama susunan pengurus PBNU yang resmi nama Hasyim Muzadi diturunkan ke jabatan Rais Syuriah, sehingga tinggal satu nama wakil rais am, yakni Kiyai Mustofa Bisri. Lalu Slamet Effendy Yusuf diturunkan jadi ketua PBNU, sehingga Waketum PBNU tinggal As’ad Ali Said.
Perubahan sikap dan pengumuman nama pengurus versi rais am dan ketua dewan tanfidz itulah yang ditolak NU Jatim. Namun, penolakan itu tidak didukung oleh pengurus NU cabang. Pengurus cabang tegas mendukung yang sudah diputuskan rais am dan ketua dewan tanfidz.”Ini adalah bentuk hormat kami dengan pengurus yang lebih tua,” kata Junaidi.
MUHAMMAD TAUFIK