Untuk keluar dari desa, warga Kaligede harus melewati Sungai Biyung Bali dengan naik perahu atau berenang. Apalagi, sungai berukuran lebar sekitar 25 meter ini, airnya masih meluap. Selain itu, banjir akibat hujan lebat juga merendam rumah di sekitar sungai. Hingga kini belum ditemukan korban jiwa akibat bencana itu.
Menurut Triyono, warga Desa Kaligede, banjir di kampungnya berawal dari hujan lebat yang turun sekitar satu hingga dua jam. Begitu hujan selesai, tiba-tiba, air di Sungai Biyung Bali meluap. Beberapa warga yang tinggal di sekitarnya mengungsi mengingat ada peningkatan air yang cukup cepat. Diduga limpahan air berasal dari pegunungan di sekitar Senori sebelah barat yang mulai rusak.
Pagi harinya, warga mengetahui bahwa jembatan Desa Kaligede ambrol. Aktivitas warga terhambat mengingat jembatan itu satu-satunya penghubung ke desa lainnya. Ada sekitar 30 kepala keluarga yang sempat meninggalkan rumah akibat banjir ini.
Perangkat Desa Kaligede juga telah melaporkan ambrolnya jembatan ke Pemerintah Kabupaten Tuban. Tetapi, hingga Minggu sore belum ada tim teknis untuk melihat kondisi jembatan yang dibangun pada 1977 tersebut.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Polisi Kabupaten Tuban, Tegus Setyobudi, mengatakan hingga kini Pemerintah Tuban sudah menurunkan tim untuk melihat kondisi di lapangan. Selain itu, juga disiapkan untuk pendataan di lokasi, untuk kebutuhan bantuan.” Kita tunggu laporan dulu,” tegas dia pada Tempo lewat telepon, Minggu (25/4) siang.
Sementara itu, tim dari Dinas Pekerjaan Umum Tuban sudah turun ke lokasi. Dugaan sementara, jembatan ambrol selain karena usia sudah tua juga karena derasnya air saat banjir.
SUJATMIKO