TEMPO Interaktif, Jakarta - Pernyataan presiden bahwa Ujian Nasional tak seharusnya menjadi satu-satunya alat ukur, seharusnya mendorong Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh untuk mengevaluasi ujian secara keseluruhan. Hasil ujian dapat digabung dengan penilaian sekolah untuk menentukan kelulusan.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistyo mengapresiasi pernyataan presiden karena menunjukkan ia memahami bahwa Ujian Nasional telah menimbulkan masalah. "Ujian Nasional harus dievaluasi secara total," katanya saat dihubungi. Tahun ini bisa menjadi masa transisi bagi Departemen Pendidikan untuk merumuskan sistem yang baru.
Selama Departemen belum dapat merumuskan pola yang baru pada tahun ini, ujian masih bisa dilakukan sebagai masa transisi. Syaratnya, ujian tak menjadi satu-satunya penentu kelulusan siswa. Namun tahun depan Departemen sudah harus mengganti ujian nasional dengan kebijakan yang baru.
Saat memimpin rapat kabinet hari ini, presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan ada dua opsi dalam mengukur prestasi siswa. Pertama dengan Ujian Nasional, namun jika gagal siswa bisa mengulang. Kedua, sistem penilaian siswa bisa dikembalikan ke model ebtanas. Peryataan tersebut terkait dengan pro kontra masyarakat mengenai ujian nasional.
Dengan ujian nasional proses pendidikan telah dikebiri karena siswa hanya terfokus melakukan latihan soal ujian. Sementara kegiatan belajar yang lainnya tidak dilakukan. Akibatnya, siswa kehilangan kesempatan untuk mengembangakan potensinya.
AQIDA SWAMURTI