TEMPO Interaktif, Jakarta - Greenpeace Asia Tenggara meminta Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi yang ditargetkan rampung Maret 2010, fokus pada deforestrasi dan lahan gambut.
"Yang harus digarisbawahi adalah penghentian sementara deforestrasi hutan dan pembukaan lahan gambut baru," ujar Juru Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara Bustar Maitar ketika dihubungi Selasa (22/12)
Menteri Perekonomian Hatta Radjasa menyatakan, Presiden menginginkan adanya nota kesepahaman konkrit terutama dalam rencana aksi nasional menurunkan emisi. Negara-negara maju seperti Jerman, Perancis sangat terkesan dengan Indonesia dengan rencana aksi nasional. "Terutama hutan, yang berkontibusi besar bagi penurunan emisi karbon" ujarnya Ahad (20/12)
Pentingnya hutan, ia melanjutkan, karena 80 persen emisi di Indonesia berasal dari hutan. "Dimana 40 persennya berasal dari pembukaan lahan gambut," urainya.
Hutan harus dihentikan sementara pembukannnya kemudian dikaji kebijakan dan pengelolaan. "Agar masyarakat juga bisa mengambil keuntungan yang aman bagi lingkungan," jelas Bustar. Pemerintah perlu menyadari laju penebangan hutan jauh lebih cepat dari laju pertumbuhan pohon dari reboisasi. Sehingga, ia melanjutkan, arah kebijakannya harus diubah, hutan yang terlantar harus dimanfaatkan atau direhabilitasi baru dahulu.
Bagi lahan gambut, Bustar menegaskan, mutlak untuk dihentikan konversinya. Sebagai penyumbang emisi terbesar, gambut yang luasnya tidak begitu besar ketimbang hutan alam, harus segera direhabilitasi. "Banyak titik api yang ditemukan di sana," ujarnya.
Kalau pemerintah tidak memasukkan dua fokus tersebut, maka kata Bustar, target penurunan emisi berpotensi gagal untuk dipenuhi. "Saya tidak melihat sektor lain signifikan untuk penyumbang emisi," imbuhnya.
DIANING SARI