Sebagaimana diketahui, Parlindungan Siregar, putra dari pasangan Samsul Siregar (65 tahun) dan Rusdiana (65 tahun), diduga menjadi titik simpul keterkaitan Al-Qaidah di Poso, Sulawesi Tengah. Menurut pengakuan yang diberikan Abu Dahran, salah seorang anggota Al-Qaidah yang tertangkap di Spanyol beberapa waktu lalu, Parlindungan pernah menemani dirinya ke Poso.
Samsul mengaku tidak mengetahui banyak tentang kegiatan Parlindungan di luar rumah. Hanya saja dia mengatakan bahwa dirinya sudah terbiasa dengan sifat Parlindungan yang jarang di rumah. “Dia memang sering ngumpul dengan teman-temannya,” kata Samsul.
Parlidungan sendiri, menurut Samsul lulus dari ITB tahun 1985 dari Jurusan Teknik Penerbangan. Kemudian pada tahun 1987, dia diangkat menjadi karyawan IPTN dan mendapatkan beasiswa untuk sekolah di sebuah akademi Aerotika di Madrid, Spanyol. Parlindungan lulus dari sana pada tahun 1999.
Ketika ditanya tentang kegiatan Parlindungan sewaktu kuliah, Samsul mengatakan bahwa Parlindungan aktif di masjid kampusnya (ITB). Dan dia meyakinkan bahwa kegiatan putra kedua dari empat orang anaknya tersebut justru baik. “Apa salah jika dia aktif di masjid kampusnya. Itu kan justru bagus,” kata dia.
Lebih jauh Samsul mengaku merasa tidak mungkin apabila anaknya tersebut memiliki hubungan dengan jaringan Al-Qaidah. “Saya rasa tidak mungkin. Anak itu memang supel dan mudah bergaul dan juga memang jarang di rumah tetapi kalau mengenai dia ikut dalam jaringan tersebut saya menyangsikannya.”
Parlindungan, jelas Samsul, pada tahun 1997 sudah tidak mendapatkan beasiswa lagi dari IPTN karena krisis yang melanda Indonesia. Untuk menyambung hidupnya di Spanyol, anaknya biasa menjadi penerjemah untuk berbagai makalah ilmiah dari bahasa Indonesia ke Spanyol. “Jadi pekerjaan Parlindungan untuk bisa tetap sekolah disana adalah manjadi penerjemah makalah-makalah ilmiah. Karena memang sangat jarang terjemahan makalah dari bahasa Spanyol ke Indonesia ataupun sebaliknya,” jelas dia.
Samsul mengaku dia sendiri tidak tahu berita mengenai anaknya telah menghiasi surat kabar. Menurut dia apa yang diungkapkan dalam surat kabar mengenai keterlibatan anaknya tersebut belum berarti anaknya terlibat di dalam jaringan Al-Qaidah. “Bisa sajakan kalau cuma mengantar itu ya kaya hubungan dengan teman saja. Bukan berarti lantas dia terlibat jaringan Al-Qaidah itu,” kata Samsul yang mengaku berprofesi sebagai wiraswastawan itu. Dia juga menambahkan bahwa orang-orang Indonesia disana, menurut ceritera anaknya, memang terkenal ramah dan luwes. (Wahyu Mulyono)