TEMPO Interaktif, Jakarta - Aktivitas penambangan emas di dekat bantaran sungai di Kelurahan Kawatuna, Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, menyebabkan tiga ekor sapi mati. Kuat dugaan, ketiga sapi meminum air yang telah tercemar senyawa kimia, akibat operasi tromol untuk memisahkan emas dari kerikil.
Laporan ini disampaikan Lurah Kawatuna, Palu Selatan, Yabidi Senin (24/8). Yabidi menyebutkan, sedikitnya ada enam tromol yang beroperasi di dekat bantaran sungai di Kawatuna. Bahkan, Yabidi mengakui, ada tromol yang beroperasi sekira 20 meter dari bak penampungan air PDAM. “PDAM ini sumber air untuk warga Palu dan Donggala,” jelas Yabidi.
Menurut Lurah Poboya, Palu Timur, Muhammad Aris, setidaknya ada 20 tromol yang beroperasi di bantaran sungai. Kondisi tersebut sulit dikendalikan karena belum ada izin yang jelas untuk mengatur hal tersebut. “Kita serba salah, mau ditertibkan kita tidak punya dasar. Dan kalau tidak, itu jelas akan merusak lingkungan. Kita jadi bingung mau ambil tindakan apa?” kata Aris.
Menanggapi hal tersebut, Walikota Palu Rusdi Mastura mengaku sudah menindaklanjuti laporan tersebut. Untuk sementara, kata Cudi-panggilan akrabnya walikota, sample liur sapi tersebut diperiksa di laboratorium di Makassar. Atas kasus tersebut, banyak pihak menduga kalau pengolahan emas sudah menggunakan Cianida, bahan kimia berbahaya yang bisa merenggut nyawa dalam waktu relatif singkat.
Kata Muhammad Aris, dalam beberapa kali melakukan penertiban, ia tak kuasa melarang atau menghentikan warga yang beraktivitas di tambang. Meskipun sudah beberapa kali melakukan penertiban, hasilnya tetap sama. Tak ada peningkatan yang dicapai.
DARLIS