TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil, optimistis dapat meyakinkan warga Jakarta untuk memilihnya setelah pelaksanaan debat terakhir pilkada Jakarta. Debat ketiga pilkada Jakarta dijadwalkan berlangsung pada Ahad, 17 November mendatang.
Adapun tema debat yang diusung Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta adalah ‘Tata Kota dan Perubahan Iklim’. “Ditambah memang keilmuan saya di situ,” ujar Ridwan saat ditemui media usai blusukan di kawasan Koja, Jakarta Utara, pada Selasa, 5 November 2024.
Dengan total 10 tahun pengalaman dalam pemerintah, Ridwan menyatakan telah menguasai dimensi pembangunan termasuk tata kota. Sebelum mencalonkan diri sebagai Gubernur Jakarta di pilkada 2024, politikus Partai Golongan Karya (Golkar) itu sempat menjabat sebagai Wali Kota Bandung pada 2013-2018 dan Gubernur Jawa Barat pada 2016-2023.
Ridwan turut memberikan pandangannya soal rencana tata kota Jakarta. Menurut dia, tata ruang memiliki andil terhadap ekonomi dan ketimpangan di Jakarta. “Kalau tata ruang tidak adil, kita menyaksikan ya ada ketimpangan.”
Dia pun menjanjikan untuk menciptakan tata ruang yang berkeadilan untuk dapat menekan ketimpangan. “Kalau tata ruang adil, peradaban kita juga adil,” kata Ridwan.
Kepala Divisi Data dan Informasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta, Fahmi Zikrillah, mengatakan terdapat tujuh ruang lingkup dari tema debat, yakni penanganan banjir dan ketersediaan air bersih, penurunan emisi atau polusi udara, kota layak huni atau indeks of happiness, pengelolaan sampah, penanganan kemacetan, ruang terbuka hijau, dan emukiman kumuh
Pelaksanaan debat ketiga akan berlangsung di Ballroom Hotel Sultan, Jakarta Pusat. Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat KPU Jakarta Astri Megatari, mengatakan ada kemungkinan perbedaan durasi pada debat terakhir.
Adapun debat perdana dan kedua berlangsung selama 150 menit dimulai pukul 19.00 hingga 21.30 WIB. “Durasi debat sedang kami pertimbangkan untuk ditambah, karena akan ada video terkait subtema,” ujar Astri.
Pilihan editor: Mendikdasmen Abdul Mu'ti: Buat Apa Ganti Menteri Jika Kebijakannya Masih Sama?