TEMPO Interaktif, Mataram - Untuk mencegah terulangnya penurunan produksi padi akibat El Nino, Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Madjdi meminta para petani setempat untuk mengantisipasi ancaman bencana El Nino 2010-2011 yang diperkirakan polanya akan seperti yang terjadi pada 2006 dan 2007. ‘’Saya berharap kita bersama terus melaksanakan berbagai upaya antisipasi,’’ ujar gubernur, sewaktu memimpin rapat kordinasi para kepala daerah se-Nusa Tenggara Barat, Mataram, Jumat (14/8) kemarin.
Pada tahun 2006 luas tanam padi di Nusa Tenggara Barat mencapai 357.669 ha, luas panen 341.418 ha dengan produksi 1.552.628 ton gabah kering giling. Akibat El Nino, penurunan terjadi pada 2007, dengan luas tanam 355.690 hektar, luas panen 331.916 hektar, pencapaian produksi berkurang 1,69 persen menjadi 1.526.347 ton gabah kering giling.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat saat ini juga dalam upaya mengatasi kesulitan air bersih akibat gejala alam El Nino. Kesulitan air bersih pada musim kemarau biasanya terjadi pada daerah yang air permukaannya relatif kecil yaitu wilayah pulau Lombok bagian selatan, Kabupaten Sumbawa Barat wilayah timur, Kabupaten Sumbawa wilayah utara dan timur, Kabupaten Dompu wilayah selatan dan utara, dan Kabupaten Bima wilayah timur dan utara. Untuk mengatasi kekeringan tersebut, pemerintah provinsi telah menyiapkan bantuan truk tanki 21 buah untuk melayani kebutuhan minum masyarakat di daerah tersebut. Selain itu, diwilayah kering juga dibuat sumur air tanah sebanyak 575 unit.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB), irigasi daerah yang mengalami kesulitan air pada pola tanam III (musim kemarau), pada tahun ini, diperkirakan mencapai 38.824 hektar. Untuk mengatasi masalah ini, dinas pertanian meminta petani menanam jenis tanaman yang kebutuhan airnya sedikit, serta menetapkan pola tanam yang disesuaikan dengan kemampuan debit air yang tersedia.
SUPRIYANTHO KHAFID