Adapun pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, M. Kholidul Adib, menilai Luthfi-Yasin unggul di atas kertas karena memiliki dukungan mayoritas partai di kursi parlemen. Dia memprediksi Andika-Hendi, yang hanya didukung PDIP, akan kewalahan.
Meski begitu, kata dia, banyaknya dukungan tidak menjadi jaminan menang dalam Pilgub Jateng kali ini, karena ada banyak faktor penentu lainnya dalam kemenangan, seperti aspek figur atau ketokohan, mesin partai yang bekerja hingga tingkat bawah, serta program dan gagasan yang ditawarkan paslon.
Jika melihat komposisi pemilih, dia menilai karakter pemilih di Jateng yang cenderung agamis-religius membuat Luthfi-Yasin diuntungkan. Dia menilai Gus Yasin, yang selama ini dikenal sebagai representasi kaum santri, bisa mengambil ceruk suara dari kaum Nahdliyin—sebutan bagi warga Nahdlatul Ulama (NU). Namun PDIP juga telah mengantisipasi dengan memilih adik KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yakni Umar Wahid Hasyim sebagai Ketua Tim Pemenangan Andika-Hendi.
Sedangkan pengamat politik Unika Soegijapranata Andreas Pandiangan menilai Luthfi-Yasin menghadapi tantangan serius, seiring munculnya berbagai isu dan narasi yang beredar di media sosial. Narasi perang bintang antara Rambo versus Sambo dinilai bisa mempengaruhi preferensi pemilih di Pilgub Jateng 2024.
“Perang bintang menjadi 'image negatif' sebetulnya bagi Luthfi-Yasin. Namun kemudian kenapa kedua pasangan calon ini tidak adu gagasan, ini mungkin menjadi bagian dari strategi untuk meyakinkan pemilih yang mana Jateng tingkat partisipasinya cukup tinggi,” ungkap Andreas.
Pilihan editor: KPU Gelar Debat Pilgub Jateng 2024 dengan Pertemukan Dua Paslon Sekaligus