TEMPO.CO, Depok - Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi membeberkan sejumlah permasalahan di Depok saat KDM Menyapa di Lapangan BFC Kampung Banjaran Pucung, RT 02/05 Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos, Rabu malam, 18 September 2024. Ia juga memberikan solusi dan mengklaim dapat mengentaskan problematika tersebut.
Dedi mengaku sudah keliling di Depok, ia melihat jalannya tidak halus, karena dibeton dan sudah lama, kemudian sempit dan macet.
"Rumahnya pada deketan, kurang indah, kurang eye catching, sampahnya banyak, danaunya tidak dimanfaatkan," kata Dedi saat sambutan di hadapan ribuan warga Rabu 18 September 2024.
Dedi pun membeberkan sejumlah solusi, seperti jalan di Depok jangan dibeton, karena bukan daerah gempa dan rawa sehingga jalannya tinggi.
"Pakai hotmix yang halus, biar orang Depok tuh senyum ke mana pun pergi, setuju enggak, itu saran saya yang pertama dan bukan hanya saran, tapi saya selesaikan itu," tegas Dedi.
Kemudian, kata Dedi, penataan rumah harus dibangun dan ditata, sehingga tidak boleh terus mengeluarkan izin perumahan.
"Tempatnya enggak bertambah, orangnya terus bertambah, nanti sanitasi lingkungannya bagaimana, sumber air bersihnya bagaimana, ruang terbuka hijaunya bagaimana, tetap walaupun ada pertumbuhan tetapi harus ada pengaturan," tutur Dedi.
Mantan Bupati Purwakarta ini pun menyinggung soal masalah sampah di Depok, ia mengklaim memiliki konsep.
"Di 5 eks keresidenan, saya membangun pembangkit listrik tenaga sampah," ungkap Dedi.
Kata Dedi, jika sudah ada pembangkit listrik tenaga sampah, ia pun menyarankan agar Depok bisa digabung dengan Bekasi untuk membuat satu pembangkit listrik agar nanti warga mendapat listrik murah.
"Sampahnya selesai, banyak perusahan mengerjakan itu, banyak, daripada sampahnya terus-terusan bikin bingung, sudah sampahnya menggunung yang nyapu murah bayarannya," Kata Dedi.
"Walaupun sekolahnya tinggi-tinggi, buang sampahnya belum bisa, harus diberesin ini," imbuhnya.
Berikutnya, ia juga menanyakan warga terkait hiburan di Depok, ternyata mereka mengatakan tidak pernah.
"Yang punya duit bisa hiburan, bisa liburan, bisa karaokean, di Depok paling ada organ tunggal, bahkan gambang kromong saja jarang. Datang ke sini organ tunggal, tempatnya sempit hajatannya karena enggak kebayar gedung karena gedung-gedungnya dikomersialisasi," paparnya.
Padahal, lanjut Dedi, di kota seperti Depok harus dibangun gedung pertemuan untuk kesenian dan pertemuan warga di tiap kelurahan.
"Itu harus dibangun yang fasilitasnya baik, itu bagian servis pemerintah pada rakyatnya, kenapa di sini sudah sempit, ruang terbuka hijaunya terbatas, rumahnya kecil-kecil," kata Dedi.
Dedi juga mengatakan rakyat kota harus bahagia, sehingga pemimpinnya harus membawa kebahagiaan dan penuh senyuman dalam setiap waktu.
"Kota beda sama desa, kalau desa jaraknya jauh-jauh, di sini kan deket, gampang, untuk itu bagaimana, di tata lingkungannya, terus RT RW honornya ditingkatin, karena dia yang paling stres, jadi RT di kota itu ngomonginnya tiap hari," katanya.
Di kota problem air bersih, nanti ke depan target Dedi tiap rumah harus mendapat aliran air bersih yang baik dari negara, karena fungsi negara adalah melayani.
"Melayani kebutuhan dasar warga saja dulu, listriknya, saluran air bersihnya, internet gratisnya, kemudian gang-gang yang halus," ujar Dedi.
Kemudian, kata Dedi terkait layanan kematiannya, seperti mobil jenazah harus ada di tiap kelurahan, bukan mobil ambulans yang mengangkut jenazah.
"Di kita ini mobil ambulans untuk mengangkut jenazah, mobil ambulans bawa orang sakit, mobil jenazah bawa mayat," katanya.
Dedi juga mengatakan pemakaman juga menjadi problem bagi perkotaan, karena penduduk makin banyak, tetapi tanah makam makin kecil, ditambah orang miskin tidak mampu membayar tukang gali kubur.
"Itu harus dihitung detail kalau di perkotaan, karena budaya gotong royongnya tidak seperti di desa," ucap Dedi.
PIlihan Editor: KPU Depok Tetapkan DPT Pilkada 2024 Sebanyak 1.427.674 Pemilih