TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan orang berkemeja batik sudah datang sejak pukul 08.30 WIB di Gedung Baitul Affiyat, Kampus Mubarok milik Jemaah Ahmadiyah, Bogor, Sabtu 31 Agustus 2024. Mereka hendak mengikuti Sarasehan Wawasan Kebangsaan menyambut HUT RI ke-79 yang diadakan oleh Jemaah Ahmadiyah Indonesia.
Puluhan orang itu berasal dari berbagai kalangan mulai dari perwakilan organisasi keagamaan, organisasi masyarakat sipil, aktivis hak asasi manusia, hingga jurnalis. Kedatangan mereka disambut jamaah Ahmadiyah yang seragam mengenakan jas berwarna hitam.
Amir Nasional Ahmadiyah Indonesia, Maulana Mirajuddin Syahid, mengatakan, sarasehan ini bertujuan untuk memperdalam nilai-nilai wawasan kebangsaan yang merupakan fondasi utama dalam menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Wawasan kebangsaan juga menjadi kunci dalam mempertahankan identitas persatuan di tengah dinamika politik saat ini.
"Apalagi sudah keharusan bagi umat Islam untuk mencintai bangsa sendiri," kata Mirajuddin saat memberikan sambutannya.
Menurut Mirajudin, Jemaah Ahmadiyah Indonesia sudah menerapkan wawasan kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Wawasan kebangsaan bukan hanya dimanfaatkan sebagai pengetahuan melainkan juga sikap untuk mencintai tanah air. Kecintaan Ahmadiyah dapat dilihat dari perjuangan para tokohnya sejak masa pra kemerdekaan.
"Jemaah Ahmadiyah memberikan banyak sumbangsih baik pada masa pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan," kata Mirajuddin.
Mirajuddin mengatakan, ada banyak tokoh jemaah Ahmadiyah yang berjuang untuk memperjuangkan kemerdekaan. Salah satunya, R Moh Muhyiddin. Pada era reformasi, tokoh Ahmadiyah juga mengimplementasikan wawasan kebangsaan. Sejumlah tokoh Ahmadiyah, misalnya meraih Ikon Prestasi Pancasila.
Jemaah Ahmadiyah juga terlibat dalam kegiatan sosial seperti melakukan donor kornea mata. Kegiatan itu membuat Kelompok Ahmadiyah mendapatkan penghargaan rekor MURI sebagai komunitas anggota pendonor kornea mata terbanyak.
Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ahmad Najib Burhani, mengatakan, salah satu bukti sikap kebangsaan Ahmadiyah dibuktikan dengan adanya Seruan Khalifatul Masih II untuk Mendukung Kemerdekaan RI pada 1945. Seluruh anggota Ahmadiyah di seluruh dunia yang berjumlah 2 juta diminta untuk puasa Senin dan Kamis. "Menyerukan kepada pemimpin negara Islam agar mengakui Republik Indonesia," kata Najib.
Najib mengatakan, seruan puasa itu merupakan bentuk perjuangan Ahmadiyah dari sisi spiritualitas. Menurut Najib, Ahmadiyah merupakan organisasi dengan tujuan spiritualitas. Ia bukan organisasi politik dan ekonomi. Karana itu, seruan puasa merupakan bentuk gerakan rohani Ahmadiyah untuk mendukung kemerdekaan.
"Kemerdekaan itu juga berkat rahmat Allah yang maha kuasa. Salah satu bentuk ekspresinya yang dilakukan Ahmadiyah dengan puasa Senin dan Kamis," kaya Najib.
Deputi V Kepala Staf Kepresidenan, Rumadi Ahmad, mengatakan, diskusi wawasan kebangsaan ini perlu dilakukan di tengah perkembangan zaman. Perkembangan zaman itu memang membuat perubahan. Meski begitu, perubahan itu harus dimaknai sebagai upaya untuk mengukuhkan nilai kebangsaan.
Begitu pula dengan pertemuan kali ini. Banyak elemen masyarakat yang hadir untuk mengikuti diskusi yang diadakan jemaah Ahmadiyah ini. Ia harap, pertemuan ini bisa membuka ruang diskusi antarelemen untuk menguatkan nilai kebangsaan.
"Dahulu ada persoalan atau konflik karena tak ada ruang perjumpaan. Sekarang, ada ruang memungkinkan orang bisa berjumpa. Harapannya nilai kebangsaan bisa dikuatkan," kata Rumadi.
Pilihan editor: KIM Bantah Keretakan Hubungan Prabowo-Jokowi: Masih Terus Komunikasi