TEMPO.CO, Kupang - Danrem 161 Wirasakti Kupang Brigadir Jenderal TNI Joao Xavier Barreto Nunes kembali memanggil Yohanes Ande Kala atau Joni untuk menjalani fisioterapi oleh dokter TNI guna menambah tinggi badan. Ia sebelumnya gagal untuk masuk militer karena tinggi badan tak memenuhi syarat.
"Saya bersyukur karena dipanggil lagi oleh Danrem untuk mengikuti terapi untuk menambah tinggi badan agar bisa melanjutkan tes TNI," kata Joni kepada wartawan, Kamis, 8 Agustus 2024.
Joni mengaku ia bercita-cita menjadi anggota TNI sejak kecil. Karena itu, dia bertekad untuk meningkatkan tinggi badannya agar bisa kembali mengikuti seleksi.
"Sejak kecil sudah bercita-cita menjadi anggota TNI guna menjaga kedaulatan NKRI," kata Joni.
Menurut Joni, dirinya menjalani fisioterapi salah satunya dengan menggantung botol air mineral di pinggang. "Itu saya lakukan pada pagi, siang dan sore hingga tinggi saya mencapai standar," ujarnya.
Joni mengakui bahwa ia gugur tes dalam seleksi masukTNI karena tinggi badan kurang. "Saya tidak lolos, karena tinggi badan kurang," kata dia.
Menurut Joao Xavier Barreto Nunes, Joni tidak lolos tes TNI karena tinggi badan kurang 4,2 centimeter (cm) dari seharusnya 160 sentimeter. "Tinggi badan Joni 155,8 sentimeter, sehingga masih kurang 4,2 sentimeter," kata dia.
Nama Joni dikenal publik setelah aksinya memanjat tiang bendera dalam upacara 17 Agustus beberapa tahun lalu untuk melepaskan bendera merah putih yang tersangkut. Berkat aksinya itu, Joni sempat diundang ke Istana oleh Presiden Jokowi dan dijanjikan untuk masuk TNI karena keinginannya menjadi tentara.
Pilihan Editor: Kilas Balik Aksi Joni Panjat Tiang Bendera HUT RI 2 tahun Lalu, Kini Gagal Jadi Anggota TNI yang Dijanjikan Jokowi