TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Pusat bidang Ideologi dan Kaderisasi PDIP, Djarot Saiful Hidayat, mengatakan partainya tidak akan membiarkan pilkada, khususnya di Jakarta hanya diisi oleh pasangan calon tunggal.
"Makanya kami terus bangun komunikasi intens dengan partai lain," kata Djarot kepada Tempo, Rabu, 7 Agustus 2024.
Komunikasi yang dibangun PDIP adalah dengan Partai Keadilan Bangsa atau PKB. Djarot mengatakan, elite PDIP seperti Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto; Ketua DPP, Said Abdullah; dan Ahmad Basarah telah menjalin komunikasi dengan kader PKB untuk membangun kerja sama di pilkada. "Dengan PKB kami siap mengusung calon sendiri," ujar dia.
Merujuk rekapitulasi hasil pemilihan umum legislatif 2024, PDIP memperoleh 15 kursi di DPRD Jakarta, sementara PKB memperoleh 10 kursi. Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentan pemilihan gubernur, bupati dan wali kota menyebutkan, partai politik yang hendak mengusung pasangan calon gubernur dan wakilnya mesti memperoleh minimal 20 persen dari total kursi di DPRD Provinsi.
DPRD Jakarta sendiri memiliki total kursi sebanyak 110 kursi. Artinya, partai politik yang hendak mengusung calon yang hendak berkontentasi di pilkada mesti memiliki 22 kursi di DPRD. Masalahnya, koalisi antara PDIP dengan PKB di pilkada Jakarta belum menemukan titik terang.
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid tak menampik pernyataan Djarot ihwal komunikasi politik kedua partai. Namun, Jazilul mengatakan bahwa PKB tidak hanya berkomunikasi dengan satu partai saja, melainkan seluruh partai, termasuk partai politik yang tergabung di KIM.
“Semua komunikasinya cair, makanya kami tidak menutup pintu,” ujar Jazilul.
Di sisi lain, Djarot Saiful Hidayat mengatakan PDIP memang melakukan komunikasi dengan PKS. Akan tetapi, tidak memiliki tujuan untuk mengubah peta pencalonan yang telah dilakukan PKS. "Kami menghormati keputusan PKS yang sudah menduetkan Anies-Sohibul Iman," ucap Djarot.
Pilihan Editor: Respons PBNU Soal Pelaporan Mantan Sekjen PKB Lukman Edy ke Bareskrim Polri