Siang tadi, sebelum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar rapat koordinasi di Istana Negara, satu persatu menteri dan petinggi TNI/Polri diperiksa. Bahkan, Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie yang sehari-hari mengkoordinir kerja pemerintah mengantisipasi virus flu babi juga tidak luput dari pemeriksaan deteksi suhu. Bukan karena seminggu lalu, putranya Anindya Bakrie juga tertular virus itu di Boston, AS. Tetapi untuk melindungi Kepala Negara dari penularan virus yang sudah menjadi pandemi di seluruh dunia ini.
“Atas permintaan pihak Istana, kami diminta mendeteksi tamu untuk antisipasi pandemi flu babi,” kata dr. Sahat, petugas dari Subdit Direktorat Karantina Kesehatan Tanjung Priok, kepada wartawan, Kamis (30/7).
Sekitar seminggu ini, Presiden Yudhoyono juga terserang flu. Presiden jarang beraktivitas di Istana dan kantor Presiden. Presiden lebih banyak menghabiskan hari-harinya di Cikeas. Atas anjuran tim dokter kepresidenan, Presiden Yudhoyono harus beristirahat total karena terserang flu. Saat berpidato selama kurang lebih satu setengah jam siang tadi, suaranya terdengar serak dan sempat batuk beberapa kali.
Siang tadi Presiden menggelar rapat membahas antisipasi ancaman El Nino, pencegahan terorisme dan RAPBN 2010. Rapat dengan para kepala daerah dan kepala kepolisian dan pangdam dari seluruh Indonesia melalui teleconference itu berlangsung kurang lebih dua jam.
Usai rapat, dengan suara sedikit serak dan terbatuk-batuk, Presiden menolak berjabat tangan dengan menteri yang hadir. Padahal biasanya, setelah pidato, Presiden akan berjabat tangan dengan menteri dan tamu yang hadir. “Tidak jabat tangan dulu ya. Saya flu, khawatir kalau jabat tangan, ini (flu) bisa malah terdistribusi," ujar Yudhoyono.
Rupanya, kemarin, sudah ada satu tamu yang sempat terdeteksi suhu tubuhnya melebihi 38 derajat celcius. Tamu itu langsung dibawa ke klinik kesehatan di kantor Sekretariat Negara. “Tapi setelah dirawat bukan flu babi,” kata dia. Namun, Sahat menjelaskan, belum ada satupun menteri atau pejabat negara yang terdeteksi.
Khusus di kompleks Istana, Departemen Kesehatan menugasi tiga orang perawat dan satu orang dokteryang bekerja dalam satu tim. Mereka akan bertugas bergantian dengan tim lainnya sepanjang siang dan malam. Satu kotak berisi selusin thermoscan berwarna biru disiapkan khusus. “Jangan sampai ada yang terindikasi tertular masuk ke dalam kompleks,” kata Sahat.
Prosedurnya, jika ada tamu atau penghuni Istana yang suhu tubuhnya tinggi, harus dipisahkan dari orang-orang lainnya dan dibawa ke klinik kesehatan. Kalau setelah tindakan ternyata belum ada perubahan, lanjut dia, baru dirujuk ke RSPI Sulianto Saroso.
Selama enam bulan kedepan, kata Sahat, akan ada tim kesehatan yang bertugas memeriksa di pintu keamanan Istana. Bahkan di Cikeas, kediaman pribadi Presiden Yudhoyono, juga disediakan tim dan peralatan yang sama. “Jangan sampai, virus H1N1 menyerang Istana,” kata dia
NININ DAMAYANTI