TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Fathan Azzahran yakin benar mengerjakan dengan mudah sembilan belas dari 20 soal tes kemampuan kuantitatif Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK SNBT), Mei lalu. Pria berusia 18 tahun ini hanya tinggal mengerjakan satu soal perhitungan yang dianggap sulit. "Soal ini lebih sulit ketimbang soal lainnya," kata Fathan saat dihubungi, Rabu 3 Juli 2024.
Fathan ragu bisa menyelesaikan satu soal itu. Di tengah keraguan itu, ia mengingat pesan orang tua sebelum mengikuti ujian. Orang tua meminta Fathan untuk tenang mengerjakan ujian. Ia juga mengingat target yang ingin dicapai, yaitu nilai sempurna.
"Saya tak mau ada penyesalan di akhir. Susah-susah saya coba kerjakan sampai menit akhir karena saya punya target nilai sempurna," kata Fathan.
Pada hari pengumuman hasil UTBK SNBT, Farhan hampir tak percaya mendapatkan nilai sempurna yaitu 1000 di subtes kemampuan kuantitatif. Hasil ini juga membawa Farhan diterima Institut Teknologi Bandung (ITB), program studi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Rekayasa. "Ini pilihan pertama saya," kata Farhan.
Subtes kemampuan kuantitatif merupakan satu dari empat subtes pada tes potensi skolastik. Tiga subtes lain yaitu kemampuan penalaran umum, pengetahuan dan pemahaman umum, dan kemampuan membaca dan menulis.
Selain tes potensi skolastik, UTBK SNBT memiliki dua tes lain yaitu tes literasi bahasa dan tes penalaran matematika. Setiap peserta diberi waktu 195 menit untuk mengerjakan 155 soal. Khusus subtest kemampuan kuantitatif terdapat 20 soal yang harus dikerjakan dalam waktu 20 menit.
Fathan sangat bahagia ketika mendapatkan nilai tersebut. Ia juga senang diterima di ITB. Dengan masuk ITB, ia yakin cita-cita menjadi akademisi bisa digapai. "Saya ingin menjadi dosen atau peneliti," kata Fathan.
Siswa lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Serpong ini sudah mempersiapkan diri menghadapi UTBK sejak kelas 12. Dari sekolah, ia mendapatkan dua jam tambahan waktu belajar untuk mendalami soal UTBK tiap Senin sampai Kamis.
Di luar jam itu, ia konsisten belajar satu jam tiap hari mengerjakan soal-soal UTBK. Porsi terbesar belajar ia kerahkan untuk mendalami materi kuantitatif. "Saya suka materi kuantitatif. Saya memberikan waktu 30 menit dibanding balajar materi lain," kata Fathan.
Fathan belajar secara mandiri. Ia tak mengikuti lembaga bimbingan belajar. Semua bahan pembelajaran berasal dari dunia maya dan platform edukasi yang bisa diakses secara gratis. "Ada banyak materi yang masuk. Dari situ saya bisa evaluasi diri terus," kata Fathan.
Anak kedua dari empat bersaudara ini mengaku beruntung hidup di dalam keluarga yang gemar membaca. Di rumah Fathan terdapat banyak buku. Ibu Fathan juga merupakan guru berstatus PNS.
Fathan mengaku figur ayah merupakan sosok yang menginspirasi dirinya untuk tidak mudah menyerah. Ayah Fathan merupakan pengusaha yang memiliki apotek. Gaya kepemimpinan dan sosok ayah yang tegas dan konsisten menginspirasi dirinya.
"Pesan ayah saya yang penting dan tak bisa dilupakan yaitu tak ada penyesalan di akhir," kata Fathan.
Semua hal itu yang membuat Fathan tak mudah menyerah. Ia selalu mengeluarkan semua tenaga supaya mendapatkan hasil maksimal agar tak ada penyesalan di akhir. Ia juga tak mau mengecewakan orang-orang yang sudah mendukungnya.
"Saya pernah mendapatkan nilai kurang memuaskan saat Pra Try Out UTBK Nasional. Sempat beberapa hari galau. Seakan tak ada harapan lagi. Tapi karena saya mengingat orang-orang yang mendukung, saya bangkit kembali," kata Fathan.
Semangat ini yang membawa Fathan kerap mewakili MAN pada Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Fisika tingkat provinsi. Di tingkat kelas 4 dan 5 sekolah dasar, Fathan juga pernah mendapatkan juara harapan 1 OSN tingkat nasional Bidang MTK di Palembang pada 2016.
"Saya ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang mendukung saya. Tanpa kalian saya tidak akan mendapatkan hasil ini," kata Fathan.
Ayah Fathan, Rully mengatakan, Fathan juga diterima di tiga kampus di Australia. Fathan diterima di program studi Bachelor of Engineering di University of Queensland, University New South Wales, dan Monash University.
Rully sangat bangga dengan pencapaian Fathan. Rully tak memaksa Fathan untuk belajar dengan menjejalinya dengan muatan konsep. Rully hanya menstimulusya supaya semangat sehingga belajar menjadi kebutuhan bagi Fathan. "Kalau sudah menjadi kebutuhan maka anak akan mengejarnya sendiri," kata Rully.
Pilihan editor: Pimpinan KPK Alexander Marwata Mengaku Gagal Berantas Korupsi dan Adanya Ego Sektoral Penanganan Kasus Korupsi