TEMPO.CO, Jakarta - Aksi protes mewarnai proses pemilihan Rektor Universitas Padjadjaran atau Unpad periode 2024-2029. Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa atau BEM Kema Unpad menuntut Majelis Wali Amanat (MWA) Unpad lebih terbuka dalam proses pemilihan rektor, serta mendesak untuk berdialog dengan tiga orang calon rektor untuk meneken pakta integritas.
"Kalau misalkan ada calon rektor yang tidak mau menandatangani pakta integritas maka kita bisa menilai calon rektor ini tidak pro mahasiswa,” kata Ketua BEM Kema Unpad Fawwaz Ihza Mahenda, Jumat 28 Juni 2024.
Sebelumnya, Panitia Pelaksana Pemilihan Rektor Unpad menetapkan tiga nama calon rektor berdasarkan hasil Sidang Pleno Tertutup Majelis Wali Amanat (MWA) Unpad yang digelar Jumat, 21 Juni 2024.
Ketiga calon rektor itu adalah Arief S. Kartasasmita yang kini menjabat Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unpad. Pesaingnya adalah Popy Rufaidah, guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang kini menjabat sebagai Ketua Pusat Unggulan Unpad BUMN Center of Excellence. Kemudian Setiawan, guru besar Fakultas Kedokteran yang saat ini menjabat sebagai Dekan Sekolah Pascasarjana Unpad.
BEM menurut Fawwaz ingin berdiskusi langsung dengan ketiga calon rektor. Surat undangan telah dikirim, namun rencana pertemuan pada 27 Juni lalu urung digelar karena ketiga calon rektor absen. Beredar kabar, pihak MWA melarang rencana diskusi itu. BEM kemudian melancarkan aksi protes di depan Gedung Rektorat Unpad.
“Urgensinya bertemu dengan ketiga calon rektor ini kami ingin menilai secara langsung siapa yang pro ke mahasiswa khususnya,” kata Fawwaz.
Selain itu, BEM juga meminta proses pemilihan rektor oleh MWA bisa lebih terbuka. Menurut Fawwaz, selama ini pihak di luar MWA tidak mengetahui jelas perdebatan pemilihan calon rektor Unpad seperti apa. Menurut wakil mahasiswa di MWA, dia tidak bisa terlalu transparan karena sudah menandatangani pakta integritas. “Untuk tidak menyebarluaskan informasi proses pemilihan rektor,” ujarnya.
Anggota MWA Unpad Nadjib Riphat Kesoema membantah soal larangan berdiskusi. “MWA Unpad tidak pernah melarang mahasiswa berdialog dengan calon rektornya,” katanya lewat pesan teks saat sedang di Cina, Jumat, 28 Juni 2024.
Menurutnya, mahasiswa perlu memperhatikan jadwal yang sangat ketat dari para calon rektor untuk diajak berdiskusi. Saat ini menurut Nadjib, ketiga calon rektor tengah menyiapkan diri untuk berbagai kegiatan yang diselenggarakan Panitia Pemilihan Rektor Unpad, selain melaksanakan tugas-tugas rutin lainnya.
Nadjib yang juga Ketua Panitia Pemilihan Rektor Unpad itu meminta mahasiswa bersabar. Pihaknya telah menyediakan waktu dan tempat untuk acara dialog bersama ketiga calon rektor. Rencananya pada tahap pemilihan akhir ini, panitia menjadwalkan rapat pleno terbuka yaitu diskusi calon rektor dengan dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan Unpad pada 1 Juli 2024.
Adapun mengenai proses pemilihan yang dinilai kurang transparan menurut Nadjib, keputusan sidang tertutup MWA selalu ada waktu embargonya sebelum disampaikan ke publik dengan berbagai pertimbangan yang masak.
“Kalau masa embargo telah lewat, silakan saja dibahas seluas-luasnya, bukan cuma di kalangan tenaga kependidikan dan mahasiswa namun kelompok lainnya di kampus dan masyarakat luas,” ujarnya.
Rencananya MWA akan menggelar rapat pleno tertutup pemilihan akhir rektor pada 4 Juli, kemudian diumumkan hasilnya pada 5 Juli. Pelantikan rektor baru Unpad ditetapkan pada 7 Oktober 2024.
Pilihan Editor: BEM Unib Bilang Kelebihan Bayar UKT Mahasiswa Baru Sudah Dikembalikan Kampus