INFO NASIONAL - Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di penutupan perdagangan, pada Jumat, 21 Juni 2024 yang melemah 20 poin atau 0,12 persen menuju level Rp16.450, menjadi perhatian banyak pihak. Termasuk salah satu anggota komisi XI DPR RI, Ahmad Najib Qodratullah.
Ahmad Najib mengaku kekhawatir pemangku kebijakan salah dalam mengelola nilai tukar mata uang nasional. Ia mendorong pemangku kebijakan agar bisa mengembangkan formulasi kebijakan yang tidak hanya efektif dalam jangka pendek, tetapi juga memiliki daya tahan dan cakupan yang luas.
Menurutnya, perlu strategi yang berkelanjutan dan resisten terhadap tekanan eksternal maupun masalah internal, mirip dengan konsep imunisasi yang memberikan kekebalan dalam jangka waktu yang lebih panjang. Kata Najib, diagnosis penyebab terjadinya penguatan dolar US terhadap rupiah harus dipertajam.
Najib lantas membandingkan kondisi saat ini dengan masa krisis pada 1998-1999 yang menurutnya berada pada kondisi yang dirasa lebih buruk. Kata dia, tercatat dolar AS menyentuh titik tertinggi sepanjang masa di level Rp16.650 pada Juni 1998, dan sudah kembali di bawah Rp7000 pada medio 1999. Menurutnya, saat itu pemerintah berhasil menemukan masalah dengan tepat sehingga solusi berhasil ditemukan dengan cepat.
"Apakah itu diagnosanya sudah tepat kemudian melahirkan obat yang benar? Jangan-jangan begitU. ini masih ada hal yang barangkali belum secara spesifik mendiagnosa permasalahan kurs rupiah ini," ujarnya.
Najib pun menegaskan bahwa penanganan yang tepat terhadap kurs rupiah saat ini menjadi krusial, terutama jika kita mempertimbangkan dampaknya bagi masa depan pemerintah yang akan datang.
"Saya sangat khawatir dengan kondisi kurs rupiah ini kalau kemudian ini diwariskan kepada pemerintah yang akan datang. Saya ingin memastikan di akhir masa periode ini bahwa seluruh kebijakan bisa efektif dalam rangka menyelesaikan permasalahan kurs rupiah," kata dia. (*)