TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyatakan telah merebut Distrik Bibida, Kabupaten Paniai, dari kelompok bersenjata di Papua. TNI mengklaim pengambilalihan wilayah tersebut mereka lakukan saat mengejar pelaku pembunuhan dan pembakaran warga asal Makassar, Sulawesi Selatan bernama Rusli (40) di Kampung Timida, Kabupaten Paniai.
Menurut Pangkogabwilhan III Letjen Richard Tampubolon, kelompok bersenjata pelaku penyerangan tersebut melarikan diri dari Kampung Timida ke Distrik Bibida. Kedua wilayah tersebut, kata dia, lokasinya bersebelahan dan sama-sama berada di Kabupaten Paniai.
Richard mengatakan anggota TNI terus mengejar pelaku penyerangan yang melarikan diri ke arah Distrik Bibida. “Akhirnya pada hari Jumat, 14 Juni 2024, para Prajurit TNI tersebut berhasil merebut wilayah Distrik Bibida yang selama ini dikuasai oleh OPM (Organisasi Papua Merdeka),” kata Richard dalam keterangan tertulis pada Ahad, 16 Juni 2024.
Dalam operasi tersebut, Richard menyebut anggota kelompok bersenjata yang dikejar TNI menggunakan warga sipil sebagai tameng hidup. Dia mengklaim TNI tetap profesional dan hanya mengarahkan senjata mereka ke anggota kelompok bersenjata. Richard mengatakan tidak ada korban jiwa dalam operasi di Distrik Bibida tersebut, baik dari pihak TNI maupun masyarakat sipil.
Sementara itu, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Baruat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom mengklaim kontak senjata di Distrik Bibida masih berlangsung. Sebby mengimbau agar TNI menghindari penggunaan serangan udara dalam konflik di distrik tersebut.
“Sebab, TPNPB telah siap melakukan serangan darat di medan perang dan penggunaan helikopter militer indonesia dan dron sejak 14 Juni hingga sekarang di medan tempur tidak seimbang sesuai Hukum Internasional,” kata Sebby dalam keterangan tertulis pada Ahad, 16 Juni 2024.
Sebby turut mengklaim serangan berskala besar yang dilakukan TNI di Distrik Bibida telah mempengaruhi warga sipil. “Bahkan pendropan pasukan Militer Indonesia berskala besar di Distrik telah mengakibatkan ketakutan bagi warga sipil di Distrik Bibida hingga seluruh warga disana telah mengungsi keluar daerah konflik,” ucap Sebby.
Sebelumnya, kelompok bersenjata pimpinan Undius Kogoya diduga kembali beraksi dengan menembak tewas seorang warga bernama Rusli di sekitar Sekolah YPPGI Lepas Kopo, Distrik Paniai Timur, Papua Tengah, pada Selasa, 11 Juni 2024. Korban berusia 40 tahun itu dikatakan sebagai soerang perantau asal Makassar.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Nugraha Gumilar menyayangkan terjadinya insiden yang dia sebut penembakan terhadap warga sipil tersebut. Ia memerintahkan kepada kelompok bersenjata pimpinan Undius Kogoya agar segera menghentikan tindakan kekerasannya.
"Harus bertanggung jawab, saya sampaikan agar kelompok bersenjata pimpinan Undius Kogoya segera hentikan kekerasan di Papua," ujar Nugraha dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 13 Juni 2024.
Ia mengatakan, bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan kelompok bersenjata pimpinan Undius Kogoya sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Akibatnya, masyarakat dibuat khawatir karena terus diancam oleh kelompok bersenjata pimpinan Undius Kogoya tersebut.
Pilihan editor: Menko PMK Berharap Pesantren Bukan Cuma Bisa Cetak Santri, Tapi...