INFO NASIONAL – Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti saat menjadi delegasi tunggal Indonesia dalam acara ASEAN Priority Setting Exercise 2024 di Singapura, Kamis, 14 Juni 2024.
Ghufron mengatakan, langkah promotif preventif melalui skrining kesehatan terus digalakkan BPJS Kesehatan. Pada tahun 2023, terdapat 39,7 juta peserta JKN yang telah memanfaatkan layanan skrining kesehatan untuk mengetahui potensi risiko penyakit yang dimilikinya. Angka pemanfaatan skrining kesehatan tersebut melonjak 17,7 kali lipat dibandingkan tahun 2021. Menurutnya, skrining riwayat kesehatan adalah langkah pertama mendeteksi risiko penyakit.
“Layanan promosi, pencegahan, skrining dan konsultasi diperkuat, sehingga bukan hanya peserta JKN yang sakit saja yang dapat memanfaatkan layanan JKN tetapi juga yang sehat dapat memanfaatkannya,” ujarnya.
Pihaknya mengelompokan peserta JKN yang berisiko rendah, sedang, dan tinggi melalui skrining riwayat kesehatan yang diakses peserta lewat Aplikasi Mobile JKN atau website BPJS Kesehatan.
“Kalau berisiko tinggi, akan kita arahkan ke fasilitas kesehatan supaya diperiksa dan ditangani lebih lanjut segera,” ujarnya.
Saat ini, terdapat empat jenis layanan skrining yang bisa dimanfaatkan oleh peserta JKN, yaitu skrining diabetes melitus, skrining hipertensi, skrining kanker serviks, dan skrining kanker payudara. Menurut Ghufron, ke depannya jenis layanan skrining yang dijamin BPJS Kesehatan akan diperluas secara bertahap hingga menjadi 14 jenis skrining.
Layanan skrining tersebut di antaranya meliputi skrining thalassemia, skrining anemia, skrining hepatitis, skrining tuberkulosis, skrining kanker paru, dan beberapa skrining lainnya.
“Penyakit berbiaya katastropik masih menempati urutan teratas dalam pembiayaan pelayanan kesehatan program JKN. Hampir 25 persen dari beban pelayanan JKN di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL),” ujarnya.
Tahun 2023, BPJS Kesehatan mengeluarkan Rp34,7 triliun untuk membayar pelayanan kesehatan 29,7 juta kasus penyakit berbiaya katastropik.
“Ini seperti dua sisi mata uang bagi kami. Di satu sisi, makin banyak masyarakat yang tertolong karena dapat mengakses layanan kesehatan. Namun di sisi lain, beban biaya pelayanan kesehatan terus bertambah. Ini yang jadi tugas besar kita semua agar bisa mengendalikan angka penderita penyakit berbiaya katastropik. Karena itu, deteksi dini sangat penting. Lebih cepat diketahui, lebih cepat penanganannya,” kata Ghufron.
Beragam prestasi dan terobosan BPJS Kesehatan sepanjang menyelenggarakan Program JKN, membuat mancanegara terkesan. Selain sering diundang menjadi pembicara di berbagai negara, baru-baru ini Ghufron terpilih menjadi Co-Convener baru dari Steering Group Joint Learning Network (JLN) for Universal Health Coverage.
Adapun JLN merupakan suatu komunitas praktisi dan pembuat kebijakan dari berbagai negara yang bertujuan untuk berbagi pengalaman, pengetahuan untuk mengembangkan sistem maupun sumber daya yang diharapkan mampu menjawab tantangan praktis reformasi sistem kesehatan untuk mencapai UHC. Komunitas JLN ini melibatkan para pemimpin dari kementerian lembaga pembiayaan kesehatan nasional kesehatan dan lembaga pemerintah lainnya di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Latin dan Timur Tengah. (*)