INFO NASIONAL – dr. Kornelius Kodi Mete resmi mendaftarkan diri sebagai bakal calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui DPD PDI Perjuangan pada awal Mei lalu. Menjabat sebagai Bupati aktif Sumba Barat Daya (SBD) hingga 8 September 2024, Kornelius ingin jika dia terpilih nanti, setiap tahunnya akan fokus kepada 5 (lima) kabupaten.
“Setiap tahun saya akan fokus kepada lima kabupaten. Tahun berikutnya lima kabupaten. Mengikuti visi misi bupati di sana, pemerintah di sana. Hal itu saya lakukan agar tidak ada tumpang tindih atau tidak selaras. Itu konsen saya,” kata dia kepada Tempo, belum lama ini.
Provinsi dan kabupaten menurut dia tentu berbeda. Provinsi merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. “Dan untuk NTT dengan kacamata saya ini kan provinsi kepulauan, maka saya akan tawarkan itu (fokus kepada lima kabupaten setiap tahun -red). Pasti dengan cara seperti itu daerah akan cepat berkembang,” ujar lelaki kelahiran Karoho, 3 Mei 1963 itu.
Jika itu terwujud, lanjut dia, tentunya akan membangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Selain itu, membangkitkan rasa kepercayaan masyarakat itu sendiri untuk membangun. “Sama dengan slogan yang saya terapkan di SBD yaitu, membangun desa. Siapa yang membangun desa tidak mungkin hanya bupati dan pemerintah kabupaten saja tetapi warga juga harus ikut serta.”
Membangun Desa
Kornelius memimpin SBD sebanyak dua kali yakni, periode 2008-2013 dan 2019-2024. Dalam periode itu dia mengakui sudah banyak perubahan yang terjadi di SBD. “Perubahan ada, tetapi di setiap lima tahun masa jabatan tentu ada masalah-masalah di dalamnya.” Oleh karena itu menurutnya untuk mencapai apa yang dicita-citakan masih memerlukan proses yang panjang. Cita-cita itu yang dia titipkan pada penerus nanti yang memimpin SBD.
Adapun yang dicita-citakan Bupati Kornelius yaitu yang merupakan program unggulannya di SBD yaitu Tujuh Jembatan Emas (Desa Bercahaya, Desa Berair, Desa Mandiri Pangan, Desa Sehat, Desa Cerdas, Desa Tentram, dan Desa Wisata). “Yang pasti untuk membangun desa bercahaya ada peningkatan, hampir seluruh desa sudah ada cahaya atau listrik, namun cahaya di malam hari masih menjadi kendala.”
Bagi siapapun yang akan menjadi penerusnya menjadi pemimpin SBD, Bupati Kornelius berharap dapat mewujudkan ketersediaan listrik 100 persen untuk masyarakat. “Terus lakukan kolaborasi antara pemerintah, desa, kecamatan, kabupaten dan juga PLN serta stakeholder lainnya.”
Begitu juga dengan Desa Berair. Dengan adanya program ini, semua orang menjadi sadar bahwa air menjadi kebutuhan dasar. Namun, diakui Bupati Kornelius, meskipun pemerintah daerah dan banyak stakeholders sudah berupaya, namun masih banyak yang perlu digarap agar air bersih tersedia untuk masyarakat dimanapun berada. Bupati berharap, dengan adanya World Water Forum yang belum lama ini diselenggarakan di Bali, Indonesia dapat membuat satu kementerian yang fokus menangani masalah air.
Sementara membangun Desa Mandiri Pangan perlu memupuk kesadaran bahwa manusia hidup membutuhkan makan dan harus ada kemandirian. Dan pekerjaan rumahnya bagi SBD adalah membentuk sumber daya manusia yang dapat membangun sektor pertanian. Kornelius sedang mempersiapkan itu melalui Desa Pintar.
Anak-anak dibantu untuk pendidikannya. “Pada program ini saya betul betul mengucurkan dana untuk kerja sama dalam hal pendidikan,” kata dia. Awalnya, Bupati Kornelius memiliki cita-cita dapat mengucurkan dana pada tahun pertama 1.000 orang, kedua 2.000 orang, ketiga 3.000 orang, keempat 4.000 orang, dan kelima 5.000 orang. “Tahun keenam start di 5.000 orang, tetapi karena budget kita kurang hingga saat ini baru 2.000 orang yang kita berikan dana pendidikan.”
Diakui Bupati, untuk menciptakan SDM yang mumpuni maka tidak langsung mendapatkan hasil. Saat ini para generasi penerus ini masih dalam tahap proses, tahap pembelajaran. “Dan ketika mereka nanti selesai, mudah-mudahan dapat memberikan hasil yang bagus,” ucapnya. Diharapkan sebanyak 80 persen anak-anak yang sudah dipersiapkan pengetahuan dan keterampilannya, akan kembali mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan.
Untuk menciptakan Desa Sehat, SBD masih harus bekerja keras. Hal ini dikarenakan wilayah ini masih memiliki penyakit endemis dan angka stunting masih tinggi. Tak hanya itu, kemiskinan ekstrem juga masih tinggi. “Ini yang harus kerja keras, tidak bisa hanya mengandalkan kepala daerah namun juga upaya-upaya yang kooperatif dari seluruh stakeholders.”
Dengan masih adanya ketidakcerdasan dan kemiskinan di masyarakat, maka berpotensi akan mengganggu keamanan dan ketentraman di SBD. Oleh karena itu, dia berharap masyarakat tidak akan mengganggu siapapun yang datang ke SBD. “Siapapun yang datang ke SBD atau Pulau Sumba tiada yang disebut orang asing. Yang ada mereka adalah orang dunia dan Sumba.”
Sementara itu, Bupati Kornelius ternyata memiliki cita-cita menjadikan semua desa adalah Desa Wisata. “Rakyat SBD tidak sanggup membangun hotel bintang 1,2,3, 4 apalagi 5. Namun, jika kita betul-betul memastikan terwujudnya Desa Bercahaya, Desa Berair, Desa Mandiri Pangan, Desa Sehat, Desa Cerdas, Desa Tentram, dan Desa Wisata, maka harapan saya semua warga desa dapat membangun hotel berbintang-bintang. Semua masyarakat dunia akan datang menginap di rumah rakyat yang namanya hotel berbintang bintang itu.”
Bupati Kornelius mengatakan, dirinya termasuk orang yang meyakini bahwa pariwisata dapat mendongkrak ekonomi masyarakat. “Karena kalau tanpa itu, mungkin kemajuan SBD saat ini belum bisa kami capai.”
Dia pun berharap SBD ataupun Sumba harus menjadi destinasi wisata untuk internasional. “Sumba pulau terindah. Keindahannya bukan hanya untuk warga Sumba tetapi juga untuk warga dunia.” (*)