INFO NASIONAL - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, membantah mitos yang menyebutkan bahwa penggunaan pil KB menyebabkan rahim kering, terutama bagi perempuan yang belum pernah hamil seperti pengantin baru. Menurut Hasto, pil KB adalah kontrasepsi yang efektif untuk menunda kehamilan sementara waktu dan kesuburan bisa kembali dengan cepat setelah berhenti mengkonsumsinya.
"Faktanya, pil KB merupakan kontrasepsi yang jenisnya mampu menunda kehamilan untuk sementara dan kesuburan bisa kembali dengan cepat setelah berhenti mengkonsumsinya," kata Hasto saat melakukan pelayanan KB dan memberikan sambutan pada acara Penguatan Kapasitas untuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) di Kota Ambon, Maluku, Rabu, 29 Mei 2024.
Baca juga:
Hasto memegaskan pentingnya usia yang tepat untuk menikah dan hamil. "Kawin jangan terlalu muda. Kalau terlalu muda, baru 15, 16, 17 tahun sudah hamil, sering melahirkan itu tidak sukses karena bayinya terjepit, lahirnya susah. Sering bayinya meninggal dalam proses, karena Tuhan dengan hukumnya menciptakan diameter panggul perempuan itu 10 centimeter, sedangkan bayi lahir dengan diameter kepala 9,9 centimeter," ujarnya.
Hasto menjelaskan, perempuan yang hamil pada usia 17 tahun atau lebih muda sering menghadapi kesulitan saat melahirkan karena panggul mereka belum cukup besar. "Sering terjadi malapetaka," kata dia.
Ia pun mengingatkan agar tidak menikah terlalu tua, di atas 35 tahun, karena di usia tersebut, tubuh manusia mulai mengalami penurunan kekuatan dan risiko kecacatan pada bayi meningkat. Hasto juga menekankan pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai periode krusial dalam mencegah stunting.
Menurut dia, menyusui bayi secara eksklusif adalah salah satu cara efektif untuk mencegah stunting. "Begitu puting ibu disedot oleh bayi, otak ibu akan mengeluarkan hormon oksitosin dan prolaktin. Hormon ini membuat air susu ibu memancar," kata Hasto.
Oksitosin menjadikan air susu ibu memancar, sementara prolaktin merangsang produksi air susu ibu. Karena itu, Hasto mendorong para ibu untuk sering menyusui bayinya agar ASI tetap produktif. "Kalau orang bilang air susu tidak keluar, sebetulnya keluar, cuman tidak rajin menyusui," ujarnya.
Hasto menjelaskan, otak manusia berkembang maksimal hingga usia 24 bulan. Setelah 24 bulan, otak tidak banyak berkembang dan ubun-ubun menutup penuh. "Untuk itu, kita sosialisasikan pencegahan stunting dalam 1000 HPK. Sebuah periode 280 hari dalam kandungan dan sisanya 720 hari atau 24 bulan di luar kandungan," ujarnya.
Kampanye untuk mencegah stunting terus digencarkan oleh BKKBN dengan berbagai program yang mendukung kesehatan ibu dan anak. "Ini kampanye kita selalu, ayo kita cegah stunting dari sejak konsepsi sampai 24 bulan. Program-programnya banyak sekali," kata Hasto.
Penjabat Wali Kota Ambon, Dominggus N Kaya, mengatakan angka prevalensi stunting di Kota Ambon telah menurun dari 21,8 persen pada 2021 menjadi 21,1 persen pada 2022, dan turun menjadi 20,7 persen pada 2023. Meski terjadi penurunan, masih ada 353 anak yang menderita stunting di Kota Ambon berdasarkan data per April 2024.
Dominggus berharap angka ini dapat terus menurun hingga di bawah 300, bahkan 200 anak, dengan prevalensi sekitar 18 persen. Menurut dia, acara ini dihadiri oleh sekitar 750 peserta, termasuk Forkopimda, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) KB, Pembina Pembantu KB Desa (PPKBD), Sub PPKBD, Tim Penggerak PKK Kota Ambon, serta 432 anggota Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Dia menjelaskan, Kota Ambon memiliki 50 desa dan kelurahan yang tersebar di lima kecamatan, dengan jumlah penduduk 354.052 jiwa. Untuk menangani masalah stunting, Kota Ambon memiliki 144 TPK dengan total 432 petugas.
Pemerintah Kota Ambon telah memfasilitasi pemberian bantuan kepada keluarga yang berisiko stunting dan anak-anak stunting. Besaran bantuan ini didasarkan pada tingkat eselonisasi, di mana eselon 2 memberikan bantuan sebesar 150.000 rupiah per bulan, eselon 3 sebesar 100.000 rupiah per bulan, dan eselon 4 sebesar 50.000 rupiah per bulan. Selain bantuan tunai, Pemerintah Kota Ambon juga menyediakan paket bantuan makanan berupa susu, telur, kacang hijau, beras, dan pemberian makanan tambahan untuk balita stunting.(*)