TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak sembilan anggota panitia seleksi calon pimpinan dan dewan pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi atau Pansel KPK telah ditetapkan. Keputusan itu telah diteken pada Rabu, 29 Mei 2024 oleh Presiden Joko Widodo.
“Pansel KPK sudah saya tandatangani kemarin, sebelum berangkat sudah saya tandatangani, ada sembilan nama yang masuk tapi saya nggak hafal,” kata Presiden Jokowi di sela kunjungan kerja di Sumatera Selatan, Kamis, 30 Mei 2024 sebagaimana rekaman yang diterima di Jakarta.
Seperti diketahui, masa jabatan pimpinan dan Dewas KPK akan berakhir pada Desember 2024. Berdasarkan ketentuan, Presiden membentuk pansel untuk menyaring pimpinan KPK periode berikutnya. Pansel akan bertugas menyeleksi calon pimpinan KPK, kemudian menyerahkan hasil seleksi ke DPR RI untuk melakukan tes uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test).
Jabatan Ketua Pansel diduduki oleh Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Muhammad Yusuf Ateh, dan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria selaku wakil ketua.
Adapun ketujuh anggota Pansel KPK adalah Ivan Yustiavandana, Nawal Nely, Ahmad Erani Yustika, Y. Ambeg Paramarta, Elwi Danil, Rezki Sri Wibowo, dan Taufik Rachman. Berikut profil singkat 9 Pansel KPK 2024 yang telah disetujui Jokowi
1. Muhammad Yusuf Ateh
Muhammad Yusuf Ateh adalah Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang lahir di Jakarta pada 1964. Dia merupakan lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas of Adelaide dan Universitas Indonesia untuk gelar S2 dan S3.
Dia tercatat pernah menjabat sejumlah jabatan penting di pemerintahan. Mulai dari sebagai Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB), Dewan Pengawas Peruri, Komisaris PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan Komisaris PT Bank Mandiri.
2. Arif Satria
Arif Satria saat ini menjabat sebagai rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) pada periode keduanya. Dia lahir di Pekalongan, Jawa Tengah pada 17 September 1971. Arif menempuh pendidikan sarjana dan magisternya di IPB, sebelum pergi ke Jepang untuk melanjutkan studinya di Kagoshima University.
Pada 2010 sampai 2017, Arif menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB selama dua periode. Lalu pada 2017, Arif terpilih sebagai Rektor IPB dan kembali terpilih untuk periode kedua pada Januari 2023.
Selain berkarier di IPB pada bidang akademik, Arif juga pernah mengemban jabatan di sejumlah instansi. Di antaranya adalah tercatat sebagai Komisaris Utama PTPN Holding, Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2012-2019, Anggota Dewan Pengawas Perum Perikanan Indonesia (2013-2017), bahkan Anggota Dewan Kelautan Indonesia (2013-2017).
3. Ivan Yustiavandana
Ivan Yustiavandana adalah Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Dia merupakan lulusan sarjana dari Universitas Jember, yang melanjutkan pendidikan di Washington College of Law, dan mendapat gelar Doktor dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ivan telah berkarier di PPATK sejak 2003 silam. Dia dilantik sebagai Kepala PPATK pada 25 Oktober 2021, menggantikan Dian Ediana Rae. Sebelumnya, Ivan menjabat sebagai Deputi Bidang Pemberantasan PPATK.
4. Nawal Nely
Nawal Nely adalah Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko di Kementerian BUMN. Dia tercatat pernah mengisi sejumlah posisi penting dalam bidang keuangan nasional dan internasional.
Di antaranya sebagai Financial Analyst di Ernst & Young Kuwait (2002-2005), Manager National Bank of Kuwait (2005-2006), Manager Ernst & Young, Doha (2007-2008), Senior Manager Ernst & Young Egypt, Cairo (2009-2010), Partner Ernst & Young Indonesia (2010-2020) dan berbagai pengalaman lain di bidang konsultan internasional lainnya.
5. Ahmad Erani Yustika
Ahmad Erani Yustika adalah seorang ekonom yang kini menjabat sebagai Komisaris PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM). Ahmad adalah lulusan Universitas Brawijaya sebelum melanjutkan studi magister dan doktornya di Universitaet Gottingen, Jerman.
Sebagai seorang ekonom, Ahmad menjabat di berbagai posisi penting. Mulai dari Direktur Eksekutif INDEF (Institute for Development of Economics and Finance), Ketua Departemen Fiskal dan Sekretaris KADINDA Jawa Timur, dan anggota Dewan Nasional FITRA (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran).