TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Ketua Umum Partai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri soal adanya kader yang 'goyang' di Rakernas PDIP ke-5. Putri Presiden Sukarno ini mengatakan sosok yang bisa menjadi PDIP harus punya hati yang mantap.
Ketika menyinggung soal intervensi kekuasaan terhadap Mahkamah Konstitusi dalam rapat kerja nasional, Megawati bertanya siapa yang harus disalahkan. Ketua Umum PDIP mengungkit Putusan 90 yang memberikan karpet merah Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden.
"Harus solid. Yang goyang nggak usah jadi PDIP," kata Megawati. "Saya ini apa lho, sampai nggak ada hati yang terbuka. Saya sampai nulis."
Beberapa tokoh PDIP dinyatakan keluar dari parti politik berlambang banteng itu. Mereka memutuskan untuk keluar atau tidak lagi menjadi bagian dari partai tersebut.
Keputusan mereka memicu perbincangan dan analisis mendalam mengenai dinamika politik di Indonesia. Siapakah mereka dan apa alasan di balik langkah kontroversial ini? Berikut kelima tokoh tersebut.
Jokowi dan Gibran
Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan putranya, Gibran Rakabuming Raka, bukan lagi merupakan bagian dari PDIP. Pengumuman ini disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun, pada 22 April 2024.
"Ah, orang udah di sebelah sana. Bagaimana mau dibilang bagian masih dari PDI Perjuangan? Yang benar saja," kata Komarudin menjawab pertanyaan wartawan.
Gibran memutuskan menjadi calon wakil presiden dari Prabowo Subianto, sehingga tidak lagi dianggap sebagai kader PDIP. Selain itu, Ketua Umum kelompok relawan Projo, Budi Arie Setiadi, memastikan bahwa Jokowi tidak memiliki masalah dengan keputusan PDIP dan menyatakan bahwa pengabdian Jokowi tetap untuk negara.
Budiman Sudjatmiko
Politikus senior Budiman Sudjatmiko dipecat dari PDIP pada Agustus 2023 karena memberikan dukungan kepada calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Bagi Budiman, pemecatan itu menjadi pengakhiran episode dalam hidupnya sebagai manusia politik, namun dia siap memulai babak baru.
“Ini bagian dari perjalanan saya sebagai manusia politik sejak saya remaja. Mengalir bersama sejarah,” tutur Budiman.
Pemecatan tersebut dilatarbelakangi oleh dukungan resmi yang diberikan Budiman kepada Prabowo dalam Pilpres 2024. Budiman menyatakan bahwa pemecatan tersebut merupakan bagian dari perjalanan politiknya dan mengajak semua pihak untuk menatap masa depan dengan harapan yang lebih cerah.
Bobby Nasution
Mantan kader PDIP dan Wali Kota Medan, Bobby Nasution, membuat keputusan mengejutkan dengan bergabung ke dalam Partai Gerindra. Pada 20 Mei 2024, Bobby menerima kartu tanda anggota (KTA) dari Gerindra dan segera mendaftar sebagai bakal calon gubernur untuk Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2024 melalui partai yang dipimpin oleh Prabowo Subianto.
Keputusan Bobby untuk berpindah haluan politik menuai beragam tanggapan, termasuk dari internal PDIP, partai yang sebelumnya mengusungnya sebagai wali kota Medan pada 2020. Pemecatan Bobby dari PDIP dilakukan karena mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024, meskipun pada saat itu PDIP mendukung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
Ketika ditanya wartawan, Jokowi selaku mertua Bobby menanggapi keputusan tersebut dengan menyatakan bahwa Bobby adalah seorang yang dewasa dan bertanggung jawab atas pilihannya.
“Orang tua hanya mendoakan,” kata Jokowi di posko pengungsian Batu Taba, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa, 23 Mei 2024, seperti dikutip dari Tempo.
Maruarar Sirait
Maruarar Sirait yang dikenal dengan sapaan Bang Ara telah mundur dari PDIP pada Januari 2024. Dia kemudian mendukung pasangan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka dalam Pilpres 2024, setelah sebelumnya ikut berkampanye untuk Ganjar Pranowo.
Pada 19 Mei 2024, Ara mengungkapkan bahwa dia dipanggil oleh Prabowo Subianto ke Bali untuk sebuah pertemuan diskusi. Menurut Ara, pertemuan semacam itu merupakan hal yang biasa dilakukan, karena Prabowo dianggap sebagai sosok yang sangat terbuka terhadap masukan dan kritik.
Ara menegaskan bahwa keputusannya mendukung Prabowo tidak berkaitan dengan tawaran jabatan menteri, tetapi didasarkan pada keyakinan bahwa Prabowo dan Jokowi adalah orang-orang baik dan benar.
"(Ada tawaran menteri?) Oh enggak. Saya enggak pernah bicara dan selama ini 10 tahun tidak jadi menteri saya tetap loyal dengan Pak Jokowi. Saya dukung Jokowi dan Prabowo bukan karena menteri, tapi saya percaya mereka orang yang baik dan benar,” ujar pria yang karib disapa Ara, ketika ditemui di Kompleks DPR Senayan, Jakarta, Ahad, 19 Mei 2024.
PUTRI SAFIRA PITALOKA | HENDRIK KHOIRUL MUHID | SAVERO ARISTIA WIENANTO | AHMAD FAIZ IBNU SANI | DANIEL A. FAJRI | DEFARA DHANYA PARAMITHA
Pilihan Editor: Megawati Bicara Keadilan dan Manipulasi Hukum: Heran Saya, KPU Kok Bisa Nurut