TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Badan Pekerja Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) Abdil Mughis Mudhoffir meminta Tim Pencari Fakta Universitas Nasional (Unas) Jakarta perlu melakukan investigasi dugaan plagiarisme yang melibatkan Kumba Digdowiseiso. Menurut Abdil, jumlah artikel yang dipublikasikan Kumba tidak masuk akal. Tidak mungkin bisa mempublikasikan 160 artikel dalam kurun waktu kurang dari setahun.
“Saya yakin ada dugaan itu (plagiarisme) melihat publikasi yang dikeluarkan sebanyak itu,” kata Abdil saat dihubungi, Sabtu 20 April 2024.
Kumba sebelumnya diduga mencatut nama dosen Malaysia dalam artikel yang dipublikasikan di jurnal internasional. Berdasarkan pencarian di Google Scholar, Kumba telah mempublikasikan 160 karya ilmiah di 2024.
Menanggapi itu, Unas membentuk TPF dugaan pencatutan nama dalam publikasi jurnal internasional. Namun, TPF itu hanya ditugaskan mencari dan mengumpulkan fakta-fakta pemberitaan dan dokumen-dokumen berkaitan dugaan pencatutan nama-nama dalam publikasi ilmiah.
Abdil mengatakan, proses menulis di bidang ilmu sosial dan humaniora, biasanya paling banyak menghasilkan 2-3 artikel ilmiah dalam setahun. Menulis 160 artikel dalam waktu kurang lebih setahun dinilai tidak wajar. Apalagi, Kumba merupakan dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. “Apalagi dia sebetulnya dosen yang punya jabatan. Akan sulit untuk menulis artikel sebanyak itu,” kata Abdil.
Oleh karena itu, Abdil meminta karya-karya ilmiah Kumba ditelusuri. Artikel Kumba perlu didalami dan diidentifikasi. Kemudian, TPF bisa menggunakan Turnitin untuk mengecek plagiasi pada karya ilmiah. Namun, pengecekan itu harus dilakukan secara hati-hati.
Selain itu, Abdil mengatakan, Tim Evaluasi Kinerja Akademik (EKA), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga perlu menginvestigasi kasus dugaan pelanggaran akademik Unas. Bisa saja, ada temuan dugaan pelanggaran akademik lain.
Sebelumnya, Kumba diduga mencatut nama asisten profesor keuangan di Universiti Malaysia Tsekalierengganu, Safwan Mohd Nor. Safwan sama tidak mengenal nama Kumba. Berdasarkan profil Google Scholar, Kumba juga telah mempublikasikan 160 karya ilmiah di 2024.
Koordinator KIKA, Satria Unggul Wicaksana Prakasa, sebelumnya menyatakan adanya plagiarisme berat dalam publikasi ilmiah Kumba Digdowiseiso yang terbit di Journal of Social Science (JSS) pada 2024.
Hal itu diketahui berdasarkan pengecekan Turnitin. Hasilnya, terdapat kesamaan sebanyak 96 sampai 97 persen dalam tiga artikel. "Nama Kumba ada di 30 artikel dalam satu edisi di JSS," kata Satria ketika dihubungi Tempo, Senin, 15 April 2024.
HENDRIK YAPUTRA | INTAN SETIAWANTY
Pilihan Editor: Pilkada disebut Permainan Pencitraan, Pengamat: Perlu Dorong Popularitas Kandidat