TEMPO.CO, Yogyakarta - Sedih karena tak bisa berkumpul bersama keluarga saat Idul Fitri, itulah yang dirasakan oleh para transpuan di Yogyakarta. Mereka adalah transpuan dari berbagai daerah yang merantau di kota gudeg ini.
Sebagian dari mereka merayakan lebaran di jalanan dengan mengamen, memulung sampah, dan menjual makanan ringan seperti keripik. Mayoritas keluarga menganggap transpuan dan ragam identitas gender lainnya sebagai aib sehingga mereka tersingkir.
Untuk mengobati kerinduan terhadap keluarga yang menolak mereka karena pilihan identitas gender, komunitas transpuan menggelar halal bihalal di sekretariat Keluarga Besar Waria Yogyakarta atau Kebaya di Jalan Gowongan Lor pada hari pertama Lebaran. Halah bihalal atau open house digagas Pendiri Yayasan Keluarga Besar Waria atau Kebaya, Vinolia Wakijo.
Lebaran di kantor Kebaya menjadi cara mengatasi kesedihan transpuan karena tak bisa berkumpul bersama keluarga. Sejak 18 tahun lalu, Vinolia menggelar open house untuk merayakan Lebaran bersama seluruh anggota komunitas transpuan. Acara itu tidak hanya untuk transpuan dan beragam identitas gender lainnya, melainkan juga anak jalanan hingga orang dengan HIV/AIDSatau ODHA.
Pada Rabu siang, 10 April 2024, mereka menyantap soto intil khas racikan Mami Vin, sapaan akrab Vinolia. Orang Jawa mengenal intil sebagai kotoran kambing. Soto itu berisikan kentang yang dibentuk bulat seperti kotoran kambing, irisan daging ayam, telur burung puyuh, kubis, kecambah beserta daun seledri.
“Sudah jadi tradisi supaya transpuan tak merasa sendirian,” ujar Mami Vin ditemui Tempo di sekretariat Kebaya, Rabu.
Suasana open house di sekretariat Yayasan Keluarga Besar Waria Yogyakarta atau Kebaya pada hari pertama Idul Fitri, Rabu, 10 April 2024 (TEMPO/Shinta Maharani)
Vinolia merupakan pegiat hak kelompok minoritas yang fokus merawat ODHA. Dalam berbagai kesempatan di komunitas maupun seminar-seminar, transpuan sepuh ini aktif menyuarakan pentingnya melawan diskriminasi terhadap ODHA. Dia juga mengkampanyekan pentingnya seks aman menggunakan kondom untuk mencegah penyakit HIV AIDS.
Vinolia yang dibantu sejumlah relawan merawat 14 orang yang berasal dari Jember, Yogyakarta, Magelang, Medan, dan Palembang. Tak semua penghuni Yayasan Kebaya adalah ODHA. Sebagian dari mereka merupakan anak jalanan dan transpuan yang terlantar dan mengalami pengusiran dari keluarga dan lingkungannya.
Mami Vin, sapaan akrab Vinolia menjadi ibu bagi semua transpuan, orang dengan ragam identitas gender lainnya, dan anak jalanan. Halal bihalal itu berlangsung akrab. Sejumlah anggota komunitas transpuan sungkem kepada Mami Vin dan saling bermaafan.
Mami Vin menyebutkan open house ini bagian dari mendekatkan komunitas dengan masyarakat dan mengumpulkan transpuan yang tidak mudik ke kampung halamannya. Open house sempat berhenti selama tiga tahun karena Pandemi Covid-19.
Warga yang datang ke sekretariat yang penuh jendela lebar-lebar itu berasal dati tiga rukun tetangga di Jalan Gowongan Lor yakni RT 11, RT 09, dan RT 08. Sejak sore hari menjelang malam takbir, Mak Sarinah membantu Mami Vin menyiapkan bumbu soto dan semua bahan masakan. Mami Vin juga menyiapkan bingkisan lebaran dan angpao untuk transpuan yang berkunjung.
Menurut Mami Vin, ongkos open house berasal dari para donatur yang selalu datang menjelang Lebaran. Bagi Mami Vin, open house menjadi penawar rasa rindu para transpuan terhadap keluarga yang mujarab.
"Ada yang nangis terharu. Mereka saya anggap sebagai anak," ujar Mami Vin.
Di Kebaya pagi itu terlihat sejumlah tokoh transpuan yang punya peran penting mengadvokasi hak mereka seperti pengurusan Kartu Tanda Penduduk, kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS, melindungi transpuan dari berbagai kekerasan, dan mengadvokasi anak jalanan. Dua tokoh transpuan itu, yakni Rully Malay dan Tata. Rully Malay merupakan Koordinator Waria Crisis Center yang merawat waria lanjut usia. Tata aktif sebagai Wakil Ikatan Waria Yogyakarta yang membantu anak jalanan.
"Kumpul dan makan bareng membuat kami menyatu seperti sebuah keluarga," kata Bunda Rully, panggilan akrab Rully Malay.
Cerita selengkapnya di Lebaran Transpuan Yogyakarta
Pilihan Editor: PDIP Respons Wacana Pertemuan Jokowi - Megawati dalam Suasana Lebaran