TEMPO.CO, Jakarta - Istana Kepresidenan mengungkapkan ada tiga korban ricuh saat gelar griya atau open house Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Negara kemarin. Ketiga korban itu sudah dibawa ke Rumah Sakit Tarakan, kawasan Jakarta Pusat.
Kepala Biro Protokol Sekretariat Presiden Yusuf Permana mengatakan warga yang dilarikan ke Rumah Sakit itu diberikan bantuan biaya pengobatan juga sembako. “Salah satu korban pelipisnya terluka,” kata dia melalui pesan singkat, Kamis, 11 April 2024.
Kericuhan dalam acara open house terjadi saat warga merangsek masuk ke kompleks Istana pada Rabu siang, 10 April 2024. Terpantau di lapangan, warga menerobos masuk wilayah kantor Kementerian Sekretariat Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat. Mereka menabrak papan pembatas yang dipasang petugas keamanan. Pembatas tersebut pun jebol.
Warga lalu masuk ke dalam kompleks Istana tanpa mengikuti arahan protokoler. Mereka tak ikut skrining dan melewati pintu detektor begitu saja. Para tamu juga membawa semua barang bawaan, termasuk telepon seluler yang sebenarnya dilarang dibawa masuk.
Sejumlah warga kemudian berkumpul di depan pintu masuk ruang tamu Istana untuk bertemu Jokowi. Namun, petugas keamanan yang berjaga di depan pintu tak mengizinkan warga masuk. Karena tak berhasil menuju ruang silaturahmi dan bersalaman dengan Jokowi, warga langsung menghampiri tenda tempat pembagian sembako.
Dalam keterangan pada Kamis, Yusuf menjelaskan Istana menyiapkan sebanyak 3.300 paket sembako. Pembagiannya diberikan secara selektif kepada masyarakat yang dianggap membutuhkan dan sudah bersalaman dengan presiden.
Yusuf mengatakan kemarin banyak warga yang berebut sembako dan makanan di tenda sembako. “Padahal belum halal bihalal,” kata dia. Lokasi tenda sembako itu berada di pintu keluar masyarakat yang sudah silaturahmi.
Sekretariat Presiden sudah meminta maaf tidak dapat mengakomodasi kehadiran semua masyarakat yang hadir dalam open house Idul Fitri 1445 H bersama Jokowi. Istana mengatakan ada keterbatasan waktu dalam penyelenggaraan acara dan bakal menjadikan insiden kemarin sebagai bahan evaluasi.
DANIEL A. FAJRI | YOHANES MAHARSO JOHARSOYO
Pilihan editor: Erwin Aksa Sebut Popularitas Paling Penting untuk Maju Pilkada Jakarta