INFO NASIONAL - Mengetahui kisah lima bersaudara yatim yang hidup dalam kondisi prasejahtera, Mensos Tri Rismaharani bergegas menunjungi rumah mereka di Desa Gunung Perak, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai pada Senin, 1 April 2024. Lokasinya sekitar 200 kilometer dari Kota Mskasar.
Di dalam rumah berdinding kayu dan beratap seng yang mereka huni, Risma berdialog dengan lima bersaudara tersebut dan mengajak mereka ke Makassar agar bisa hidup dengan lebih baik.
"Kamu mau ikut saya ke Makassar ya? Nanti adik-adik pindah sekolah ya? Di sana banyak teman, bisa belajar apa saja," kata Risma.
Lima bersaudara yatim tersebut tinggal bersama nenek mereka yang sudah sakit-sakitan. Anak tertua, Nadia yang berusia 20 tahun, sudah merantau ke Makassar dan bekerja menjadi penjaga toko.
Adapun Ibu mereka saat ini bekerja di Kalimantan dan telah memiliki keluarga baru. Nadia dan sang ibu kerap mengirimkan uang ke rumah, tetapi kadang uang kiriman tersebut tidak mencukupi.
Sebab itu, Risma menawarkan Nadia untuk bekerja di rumahnya. Mendengar ini, Nadia sempat ragu. Namun, Risma terus memberi semangat agar lima anak yatim tersebut bisa mengejar cita-cita.
"Saat ibu seusia kamu, ibu tinggal dengan banyak anak yatim. Kini mereka ada yang jadi dokter, jadi kepala dinas PU, kepala kantor agama. Jadi bisa. Tidak ada yang nggak bisa. Ayo bisa ya, harus semangat," ujar Risma. Mendengar motivasi itu, Rika, anak nomor dua, langsung menitikkan air mata.
Kunjungan Kedua
Selain Nadia dan empat saudaranya, Risma juga berkunjung ke kediaman Ardi, 23 tahun, dan Rezky, 13 tahun. Kakak-beradik ini hidup sebatang kara di Desa Saotengah, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, setelah ibu mereka meninggal 6 tahun lalu dan ayah mereka meninggal 4 bulan lalu.
Agar bisa menemui mereka, Risma menempuh jalanan curam berbatu kerikil sejauh 2 kilometer. tiba di rumah kakak-beradik yatim piatu yang hanya beralaskan tanah, berdinding dan beratap seng, Risma juga membujuk Ardi agar mau bekerja di balai Kemensos yang ada di Makassar dan akan menanggung biaya hidupnya.
Risma berharap Ardi bersedia bekerja di sana agar gaji yang diterimanya dapat dipakai untuk merenovasi rumah. Akan tetapi, bujukan Mensos tidak langsung diterima oleh Ardi. Pria yang bekerja sebagai buruh pengangkut gabah itu khawatir tinggal jauh dari adiknya. Risma meyakinkan bahwa keduanya akan dibawa ke Makkasar.
Rezky pun awalnya takut dan ragu untuk menerima tawaran Mensos Risma. Dengan bantuan pihak desa, akhirnya Rezky setuju untuk ikut ke Makassar.
"Saya nggak bisa tidur kalau mereka masih tinggal di sini, kepikiran," kata Risma dengan suara bergetar. (*)