TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Komunikasi Politik Universitas Bina Nusantara, Hendri Satrio, menyarankan Anies Baswedan tidak turun ke arena Pilkada DKI Jakarta 2024. Sebab, kata dia, Anies perlu menjaga suaranya. Sebelumnya, Anies masuk gelanggang Pilpres 2024 sebagai calon presiden.
"Saya pribadi menilai, ini jangan dilakukan karena Anies Baswedan harus menjaga suara masyarakat Indonesia yang 24 persen yang memilih dirinya," kata Pengamat yang juga pendiri Lembaga Survei Kedai KOPI, Hendri Satrio di Jakarta, Ahad, 31 Maret 2024
Menurut dia, gerakan perubahan yang sudah diperkenalkan Anies Baswedan harus dipupuk terus dan level mantan Menteri Pendidikan itu sekarang sudah di nasional.
"Kalau turun lagi di Pilgub DKI maka akan muncul persepsi kayak cari peruntungan lagi," kata dia.
Ia mengakui kans Anies di Pilgub DKI memang cukup besar untuk kembali duduk lagi di kursi gubernur jika sengketa pemilu pilpres ini selesai dilakukan.
Ia menilai sejumlah partai tentu akan mendorong Anies untuk maju bisa melalui PKS dan juga PKB yang hingga saat ini belum memiliki calon untuk Pilkada DKI Jakarta.
"Tapi itu semua hak Anies Baswedan jika memang ingin ikut berkompetisi lagi di Pilgub DKI dan memang kans menang besar," kata dia.
Sementara itu, kata dia, untuk peta persaingan harus melihat pemenang Pileg di DKI Jakarta yakni PKS, PDI Perjuangan, Partai Golkar dan lainnya.
"Mereka tentu akan mengajukan tokoh untuk maju di Pilgub DKI Jakarta, seperti PDI Perjuangan ada nama Azwar Anas dan Risma yang bisa saja diusung. Atau partai Golkar, tentu ada tokohnya dan Demokrat ada AHY yang dapat dimunculkan," kata dia.
Ia menilai jika seandainya Anies Baswedan maju maka lawan terberat bisa saja berasal dari keluarga presiden seperti Ketua Umum PSI Kaesang atau Wali Kota Medan Bobby Nasution hingga Kahiyang.
"Saya rasa jika mereka maju maka sejumlah calon lain akan berfikir dua kali untuk maju di Pilgub DKI Jakarta," kata dia.
Pilihan Editor: Respons Internal PDIP Soal Rencana Pertemuan Megawati dan Prabowo