TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengungkap beberapa temuannya mengenai dugaan kecurangan Pemilu 2024. Menurut dia, selama satu bulan terakhir dia dan cawapresnya Mahfud Md telah berkeliling untuk bertanya kepada kelompok masyarakat soal penyelenggaraan Pemilu tahun ini. Hasilnya mengungkap, ada laporan dari para saksi bahwa ada praktik kecurangan.
"Mereka menyampaikan kepada kami cerita-cerita tentang proses pemilu yang terjadi di Indonesia ini. Kami juga berkomunikasi dengan partai pengusung, para saksi-saksi di daerah, apakah cerita-cerita ini begitu adanya dan ternyata relatif cerita itu punya kemiripan," kata Ganjar Pranowo di Jakarta pada Kamis, 21 Maret 2024.
Kembali melihat prosesnya, Ganjar menyebut, Pemilu tahun ini memang tak demokratis. Hal tersebut terjadi karena majunya Gibran lewat perubahan putusan Mahkamah Konstitusi yang diputuskan secara tiba-tiba.
"Mulai dari proses, kalau boleh saya sebut seleksi calon presiden dan cawapres, sampai kemudian berproses kepada putusan MK 90 dan pada saat itu awal cerita inilah yang kemudian rasa-rasanya proses pemilu menjadi pertanyaan banyak pihak," kata dia.
Ganjar juga menyoroti pendaftaran capres dan cawapres di KPU. Adanya catatan-catatan tersebut menurutnya secara prosedur telah bermasalah sejak awal. "Kami bertemu dengan tokoh masyarakat, mereka menyampaikan suasana kebatinan, 'Apakah ini yang namanya pemilu yang jujur dan adil?'" ujar Ganjar.
Mantan Gubernur Jawa Tengah itu juga sepakat soal kemunduran demokrasi yang telah digaungkan oleh para ilmuwan, akademisi, mulai dari Yogya kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Gerakan tersebut, katanya, ada untuk saling mengingatkan bahwa pemilu harus jujur, adil, dan luber. Dia berharap, mimpi demokrasi yang diinginkan masyarakat pascareformasi dapat benar-benar berjalan.
"Cerita tentang aparatur yang terlibat, mulai dari pusat sampai daerah. Cerita bantuan yang tiba-tiba muncul dengan sangat masif sekali, bahkan ketika kemarin di DPR ada pertanyaan, 'Berapa sebenarnya jumlah bantuan sosial, siapa yang membagi?' dan itu semuanya ternyata menjadi cerita di publik yang sampai kepada kami," ujar Ganjar.
Riset juga menyatakan, lanjut Ganjar, ada korelasi antara bantuan dengan masyarakat yang akan memilih sesuai dengan yang ada dalam hatinya atau terpengaruh dengan bantuan tersebut. "Di samping itu ada cerita money politics, ada cerita intimidasi, saya kira inilah yang kemudian kumpulan cerita dari publik yang masuk kepada tim Ganjar-Mahfud," ucapnya.
Pilihan Editor: Ini Aktivitas Ganjar-Mahfud Menjelang Pengumuman KPU Pemenang Pilpres