TEMPO.CO, Jakarta - Prabowo Subianto baru saja diberi gelar Jenderal Kehormatan TNI oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Gelar tersebut setara dengan pangkat bintang 4 dalam kepangkatan di TNI. Lantas, siapa orang pertama yang memperoleh pangkat bintang 4 setelah kemerdekaan?
Pangkat Jenderal bintang 4 adalah pangkat tertinggi yang bisa diraih oleh anggota militer. Di Indonesia, banyak anggota militer yang sudah mendapatkan pangkat ini. Sebelum era kemerdekaan, ada Yoga Sugama, Soemitro, Umar Wirahadikusumah, Surino Reksodimedjo, Maknun Murod, hingga Moerdani. Setelah Indonesia merdeka, salah satu orang yang memperoleh gelar Jenderal adalah Rudini.
Dilansir dari Koran Tempo Edisi 23 Januari 2006, Rudini lahir di Malang, Jawa Timur, 15 Desember 1929. Rudini dibesarkan dalam suasana Perang Dunia II dan Revolusi Kemerdekaan. Ayah Rudini berharap kelak anaknya bisa menjadi dokter dan membantu banyak orang, Namun, Rudini memilih jadi tentara.
Dikutip dari tokoh.id, Saat belajar di SMP, dia ikut mendapat latihan kemiliteran dari PETA. Proklamasi Kemerdekaan RI terjadi saat dia kelas III SMP.. Ia pun melanjutkan pendidikan SMA di bawah nuansa kemerdekaan.
Setelah menamatkan SMA pada 1950, Rudini langsung mendaftarkan diri ke akademi militer. Namun, ia tak menuju akademi militer yang ada di Magelang. Rudini kala itu melihat kesempatan ada pengiriman calon perwira ke Akademi Militer di Breda, Belanda. Untungnya, Rudini berhasil lolos tes dan terbang ke Belanda.
Butuh waktu empat tahun bagi Rudini untuk lulus dari akademi tersebut. Ia pun kembali ke Indonesia dengan pangkat letnan dua. Saat itu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Abdul Harris Nasution melantiknya menjadi komandan peleton pada Batalion 518/Brawijaya. Kemudian dia dimutasi menjadi Pelatih Taruna AMN pada 1959. Saat menjadi pelatih AMN bagian darat di Magelang inilah dia berkenalan dengan Oddyana, gadis Cirebon, yang kemudian menjadi istrinya dan dikaruniai tiga anak..
Dikutip dari tokoh.id, pada 1961, Rudini mengikuti pendidikan Suski di Bandung. Juga pendidikan Para (1964), Jump Master (1966) dan Suslapa (1967) semuanya di Bandung. Di tahun yang sama, ua menjabat Dan Yon 401/Para 1967.
Sebelum menjabat Panglima Komando Tempur Lintas Udara (1975), dia terlebih dahulu memimpin Brigif 18/Linud (1972). Kemudian ikut Lemhanas, Jakarta (1977). Lalu dipromosikan menjabat Kepala Staf Kostrad (1977) sebelum diangkat menjabat Panglima Kodam XIII/Merdeka (1978). Tiga tahun kemudian (1981), pengagum Jenderal Eisenhower dan Achmad Yani, ini menjabat Panglima Kostrad.
Rudini diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat periode 1983-1986. Rudini pun melakukan reorganisasi di tubuh TNI AD. Jumlah Komando militer (kodam) diciutkan dari 16 menjadi 10 buah. Reorganisasi ini dimaksudkan untuk meringkas personel ABRI yang dirasakan terlalu gemuk. Kariernya di militer dan pemerintahan sempat diduga tamat ketika ai lengser dari Kepala Staf TNI AD pada 1986. Namun, ia kemudian ditarik Soeharto menjadi Menteri Dalam Negeri. Rudini kemduian menggagas dan mendiirikan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri di Jatinangor.
Di era reformasi, ia justru dipercaya sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum tahun 1999. Tugasnya adalah mengantarkan pemilihan umum pertama dengan sistem multipartai. Di KPU, sang Jenderal memimpin 52 anggota yang berasal dari 48 partai politik dan wakil pemerintah. Rudini meninggal pada 21 Januari 2003 karena stroke dan gagal ginjal.
ANANDA RIDHO SULISTYA | ANDRI SETYAWAN | FANNY FEBYANA
Pilihan Editor: Jenderal Bintang Lima Sangat Sedikit, Siapa Saja Mereka?