TEMPO.CO, Jakarta - Partai Solidaritas Indonesia atau PSI mengatakan ledakan suara mereka dalam Sirekap KPU adalah adalah hal normal terjadi ketika perolehan dari wilayah dengan suara besar mulai masuk.
“Bisa saja data dari wilayah yang pemilih PSI-nya besar baru mulai masuk, sehingga normal saja terjadi lonjakan dalam satu waktu,” kata juru bicara DPP PSI, Sigit Widodo, kepada Tempo, Sabtu, 2 Maret 2024.
Sebaliknya, kata Sigit, penurunan bisa terjadi saat data masuk dari wilayah yang pemilihnya sedikit. Ia menegaskan bahwa Sirekap adalah data "real count", bukan sampling, sehingga data masuk memang tidak harus selalu proporsional.
Menurut dia, data masuk Sirekap yang belum 100 persen selesai memang berbeda dengan sampling yang proporsional. Ia mengutarakan perubahan data naik atau turun, melonjak atau merosot, merupakan hal yang wajar sampai 100 persen.
“Saya berharap semua pihak berhenti membuat narasi-narasi untuk mengerdilkan PSI dan menggiring opini publik bahwa PSI hanya bisa masuk ke Senayan jika ada kecurangan,” kata Sigit.
PSI mendapat 3 persen suara nasional berdasarkan real count KPU pada Jumat siang, 1 Maret 2024. Data real count pada situs KPU pukul 12.00 WIB menunjukkan PSI mendapat 3,01 persen suara atau sekitar 2.300.600 ribu suara. Perolehan ini berdasarkan 540.351 dari total 823.236 tempat pemungutan suara (TPS) atau 65.64 persen suara masuk.
Dalam selang waktu 24 jam setelah lonjakan, PSI memperoleh suara 0,12 persen. Data Sirekap pada pukul 13.00 WIB, 2 Maret 2024, memperlihatkan suara PSI bertambah 98.869. Suara PSI bertambah dari 2.300.600 pada 1 Maret 2024 pukul 12.00 WIB menjadi 2.399.469 suara pada 2 Maret pukul 13.00 WIB atau 3,13 persen.
PSI membutuhkan perolehan 4 persen suara DPR RI secara nasional untuk masuk ke Parlemen. Kendati demikan, Sigit menyebut lonjakan suara ini masih di bawah perhitungan internal PSI.
“Masih di bawah perhitungan kami yang 4,5 persen,” kata Sigit.
Sebelumnya peneliti utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, meminta Partai Solidaritas Indonesia menerima hasil pemilu legislatif dengan lapang dada. Ia mengatakan survei terakhir Indikator sebelum pemilu menyatakan PSI hanya dapat 2,3 persen. Sementara Hasil Quick Count Indikator mencatat PSI hanya dapat 2,65 persen.
Burhanuddin menjelaskan, Indikator sudah menghitung margin of error (MoE) per partai berdasarkan 3000 TPS dengan total suara sah 520.616 sebagai sampel dan menghasilan margin of error PSI sekitar 0,16 persen. Bahkan, kata Burhanuddin, jika Indikator memakai MoE generik sekitar 0,54 persen, perolehan suara PSI pada 26 Februari lalu (2,65 persen) takkan sampai 4 persen.
“Ini juga terkonfirmasi semua lembaga penyelenggara quick count,” kata Burhanuddin Senin lalu.
Pilihan Editor: Rekapitulasi Suara Nasional PPLN: Prabowo-Gibran Unggul di Dili, Seoul dan Beijing