TEMPO.CO, Jakarta - Tim Anies-Muhaimin menemukan adanya anomali dalam perubahan suara di real count Komisi Pemilihan Umum atau KPU. Deputi Hubungan Antarlembaga Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau Timnas Amin, Putra Jaya Husain mengatakan, sebanyak 3,4 juta suara Anies-Muhaimin hilang dalam waktu setengah jam.
Data KPU pada Kamis, 15 Februari 2024 pukul 19.00 WIB, suara Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar telah mencapai 13,243.659 suara atau 31,97 persen. Sedangkan, Prabowo-Gibran sebanyak 21,363,432 suara atau 51,63 persen dan Ganjar-Mahfud dengan 6,765,067 suara atau 16,4 persen. Namun, hanya dalam waktu setengah jam, suara Anies-Muhaimin hilang sebanyak 3,4 juta suara.
Baca juga:
"Anomali terjadi, dalam waktu singkat, suara paslon 01 hilang. Ini indikasinya adalah dihapus di situ," kata Putra Jaya saat Konferensi Pers di Brawijaya X, Jakarta Selatan. Jumat, 16 Febuari 2024.
Menurut Putra, saat tim mengecek kembali pada pukul 19.30 WIB, data tersebut telah berubah. Selisih waktunya 30 menit 1 detik. Suara Anies-Muhaimin menurun sebesar 3.411.645 menjadi 9.823.013 atau 25,59 persen. Sedangkan, suara Prabowo-Gibran bertambah menjadi 316.278 suara yaitu 21.708.715 atau naik menjadi 56,51 persen. Dan Ganjar-Mahfud bertambah 78.995 suara menjadi 6.874.062 atau naik menjadi 17,18 persen.
Putra mengatakan, saat ini data yang masuk yakni foto formulir C1 akan otomatis dibaca di sistem KPU dan diubah menjadi angka dengan menggunakan Optical Character Regonize atau OCR.
"Dari gambar atau foto dimasukan, kemudian aplikasi membaca gambar itu menjadi angka. Artinya ada dua proses, kalau yang awal secara manual angka langsung dipencet, pasangan satu sekian, pasangan dua sekian, sekarang C1 hasil yang ditayang kemudian C1 plano dibaca oleh mesin sehingga menjadi angka," kata dia.
Putra mengatakan tidak ada maksud untuk menuduh siapapun ihwal kejanggalan tersebut. Perubahan suara Anies-Muhaimin, kata dia, belum diketahui penyebabnya apakah penghapusan suara itu dilakukan oleh petugas resmi KPU atau dilakukan oleh pihak lain yang bisa menerobos sistem IT KPU.
Hal ini menurut Putra akan terus menjadi tanda tanya di masyarakat saat KPU tidak memberikan keterangan secara resmi dan jelas.
"Tentu kami harus dapat keterangan dari KPU dan kami bersedia untuk melakukan forensik. Sebaiknya memang tim IT ketiga paslon datang ke KPU, mereka (KPU) buka sistemnya, forensik sama-sama, agar sistem IT KPU dipercaya oleh publik," kata Putra.
Dia mengatakan, KPU harus bisa membuktikan kebenaran di balik berkurangnya suara Anies-Muhaimin dengan jumlah yang tak sedikit. "Kalau orang ini bisa kurangi suara 01, 02, 03, pastinya bisa menambah. Kan tidak mungkin rekap suara berkurang, harusnya yang terjadi adalah bertambah," ujarnya.
Pilihan Editor: Pemungutan Suara Ulang Digelar di 3 TPS Solo Raya karena Pemilih Bukan Warga Setempat