TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Ganjar Pranowo menyebut tim hukumnya sedang memantau hasil rekap suara dan perkembangan usai pemilihan presiden atau Pilpres 2024. Ganjar menyebut berbagai dugaan kecurangan pada Pilpres 2024 mesti ditindaklanjuti.
“Tim sekarang lagi stand by. Sekarang konsentrasi lebih pada itu,” kata Ganjar kepada Tempo saat ditemui di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Jumat, 16 Februari 2024.
Menurut Ganjar, inventarisasi terhadap bentuk-bentuk dugaan kecurangan dalam Pemilu 2024 telah dilakukan sejak lama dan hingga kini masih berjalan. Ganjar menyebut Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud yang dikomandoi oleh Todung Mulya Lubis sedang berjalan untuk menginvestigasi persoalan itu.
“Tim hukum di bawah Bung Mulya Lubis (Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud) sekarang lagi kerja untuk itu,” kata Ganjar.
Ganjar mengatakan sebenarnya kasus-kasus dugaan kecurangan Pemilu 2024 sudah beredar di media sosial. Salah satunya adalah angka jumlah pemilih dan hasil rekap berbeda. “Kok, setiap TPS 300, tapi angkanya lebih, ya, kok angkanya beda rekap TPS, ya. Itu cerita yang muncul,” kata Ganjar.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Hasto Kristiyanto merekomendasikan kepada Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud untuk membentuk tim khusus untuk mengumpulkan berbagai dugaan kecurangan di Pilpres 2024. Hasto menyebut kecurangan di Pilpres telah melewati batas.
"DPP PDI Perjuangan mencermati terhadap seluruh desain kecurangan pemilu yang bersifat hulu ke hilir. Suara rakyat adalah suara kebenaran karena itulah seluruh struktur PDI Perjuangan bersama dengan sukarelawan saksi dan kerja sama dengan PPP, Perindo, dan Hanura terus mengumpulkan fakta-fakta di lapangan," kata Hasto di Kantor DPP PDIP, pada Rabu, 14 Februari 2024, seperti dikutip dalam keterangan tertulis.
Tim khusus ini, kata Hasto, bisa diisi oleh orang hukum dan para pakar yang berkaitan dengan demografi. "Kemudian juga investigasi forensik untuk melihat dari seluruh proses-proses yang ada dan tim khusus ini tentu saja juga akan menampung dari pihak-pihak yang punya interest begitu besar di dalam menjaga demokrasi Indonesia," jelas Hasto.
Hasto mengklaim operasi kecurangan di Pilpres 2024 sudah diprediksi dan banyak disuarakan oleh kelompok-kelompok prodemokrasi. Hasto menyebut elemen masyarakat sipil paling banyak bersuara baru terjadi di Pilpres 2024 ini setelah reformasi.
"Artinya memang ada suatu persoalan yang sangat fundamental yang berkaitan dengan legitimasi pemilu, baik itu proses maupun dari hasil pemilu itu sendiri," kata Hasto.
Oleh karena itu, Hasto mengatakan dirinya melihat adanya kecurangan dalam Pemilu 2024 ini. Dia mengklaim PDIP juga sudah memiliki bukti materiil dan fakta hukum.
"Seluruh aspirasi nantinya akan disampaikan melalui tim khusus yang akan segera dibentuk oleh Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud," kata Hasto.
Hasto menganggap terjadi anomali demokrasi apabila melihat hasil hitung Pilpres 2024, meski produknya tak bisa dijadikan patokan karena penghitungan resmi akan dilakukan KPU RI. Kendati demikian, Hasto menyebut dari hasil hitung cepat bisa dibandingkan antara pemilihan dalam negeri dengan luar negeri yang melahirkan sebuah anomali.
"Apa yang menjadi harapan rakyat baik ada yang di dalam negeri dan luar negeri itu ternyata menunjukkan suatu hasil yang jauh berbeda," kata Hasto.
Hasto menambahkan, “Exit poll di luar negeri itu mencerminkan tidak adanya operasi bansos, tidak adanya operasi intimidasi, tidak adanya operasi keterlibatan dari institusi-institusi negara, sehingga warga Indonesia bisa menyampaikan pilihannya secara jernih."
Pilihan Editor: Presiden Jokowi Panggil Raja Juli Antoni PSI ke Istana