TEMPO.CO, Jakarta - Hasyim Asy'ari lahir pada 14 Februari 1871 di Kabupaten Jombang, memberikan kontribusi besar dalam perkembangan Islam di Nusantara. Wafat pada 21 Juli 1947, Hasyim dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.
Dikutip dari NU Online, Hasyim Asy’ari adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama atau NU di Indonesia. Ia juga mendirikan Pesantren Tebuireng pada 1899 yang menjadi akar sebagian besar pesantren di Jawa dan Sumatera. Kiainya, yang pernah menjadi santri Hasyim, membawa warisan spiritualnya ke pesantren-pesantren lain.
Selain sebagai ulama dan pendiri pesantren, Hasyim Asy’ari juga terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada 22 Oktober 1945, ia mengeluarkan fatwa jihad yang dikenal sebagai Resolusi Jihad.
Fatwa ini menyatakan bahwa membela negara dan melawan penjajah adalah kewajiban bagi setiap Muslim Indonesia. Perjuangan ini diabadikan dalam film nasional "Sang Kiai" pada tahun 2013.
Kakek Gus Dus ini meyakini bahwa berjuang melawan penjajah adalah kewajiban bagi setiap Muslim Indonesia. Atas dedikasi dan kontribusinya, pemerintah Indonesia mengakui Hasyim sebagai pahlawan nasional.
Dilansir dari Ponpes Diponegoro, Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 10 bersaudara. Ayahnya bernama Asy’ari, pemimpin Pondok Pesantren yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah.
Berdasarkan silsilah garis keturunan ibu, Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan dari Sultan Pajang Jaka Tingkir dan mempunyai keturunan ke raja Hindu Majapahit, Raja Brawijaya V (Lembupeteng).
Hasyim Asy’ari menikah tujuh kali dan semua istrinya adalah putri dari ulama. Empat istrinya bernama Khadijah, Nafisah, Nafiqah, dan Masrurah. Salah seorang putranya adalah Wahid Hasyim, salah satu perumus Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Menteri Agama, sedangkan cucunya, Abdurrahman Wahid, menjadi Presiden Indonesia ke-4.
Resolusi Jihad KH Hasyim Asy'ari
Dikutip dari Majalah Tempo, wacana yang dibawa oleh Resolusi Jihad tersebut akhirnya menyebar ke berbagai penjuru Nusantara. Teks Resolusi Jihad juga dikirimkan kepada Presiden Sukarno dan Jenderal Sudirman. Beberapa koran besar kala itu, seperti Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, juga memuat teks Resolusi Jihad. Bagi kalangan NU, hari lahir Resolusi Jihad lalu dijadikan sebagai perayaan Hari Santri Nasional.
Sebelumnya, pada 17 September 1945, HKH asyim Asy’ari secara pribadi telah mengeluarkan fatwa jihad, yang intinya sama dengan Resolusi Jihad NU. Berikut isi teks Resolusi Jihad yang menjadi pemicu semangat juang tentara dan rakyat Indonesia melawan kolonialisme dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Resolusi Djihad fi-Sabilillah
BISMILLAHIRROCHMANIR ROCHIM
R e s o l u s i :
Rapat besar Wakil-Wakil Daerah (Konsoel 2) Perhimpoenan NAHDLATOEL OELAMA seluruh Djawa – Madoera pada tanggal 21 – 22 Oktober 1945 di SOERABAJA.
Mendengar :
Bahwa di tiap- tiap Daerah di seloeroeh Djawa – Madoera ternyata betapa besarnya hasrat Oemmat Islam dan ‘Alim Oelama di tempatnya masing-masing untuk mempertahankan dan menegak kan AGAMA, KEDAOELATAN NEGARA REPOEBLIK INDONESIA MERDEKA.
Menimbang:
Bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Repoeblik Indonesia menoeroet hoekoem Agama Islam, termasoek sebagai satu kewadjiban bagi tiap2 orang Islam. Bahwa di Indonesia ini warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dari Oemmat Islam.
Mengingat:
Bahwa oleh fihak Belanda (NICA) dan Djepang jang datang dan berada disini telah banyak sekali didjalankan kedjahatan dan kekedjaman jang mengganggoe ketentraman umoem.
Bahwa semua jang dilakoekan oleh mereka itoe dengan maksud melanggar kedaoelatan Negara Repoeblik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah disini maka dibeberapa tempat telah terdjadi pertempoeran jang mengorbankan beberapa banyak djiwa manoesia.
Bahwa pertempoeran 2 itu sebagian besar telah dilakoekan oleh Oemmat Islam jang merasa wadjib menoeroet hoekoem Agamanya untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanya.
Bahwa didalam menghadapi sekalian kedjadian 2 itoe perloe mendapat perintah dan tuntunan jang njata dari Pemerintah Republik Indonesia jang sesoeai dengan kedjadian terseboet.
Memutuskan:
Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Repoeblik Indonesia soepaja menentoekan soeatoe sikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap oesaha-oesaha jang akan membahajakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia teroetama terhadap fihak Belanda dan kaki tangannya.
Soepaja memerintahkan melandjoetkan perdjoeangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya Negara Repoeblik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.
Soerabaia,22–10–1945
HB. NAHDLATOEL OELAMA
Pilihan Editor: KH Hasyim Asy'ari dan Pergulatan Berdirinya Nahdlatul Ulama