TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara film dokumenter Dirty Vote, Dandhy Dwi Laksono, buka suara soal anggapan publik bahwa film-film karyanya merupakan film lima tahunan menjelang Pemilu. Sebelum Dirty Vote, Dandhy pernah memproduksi film Yang Ketujuh (2014) dan Sexy Killers (2019).
Dalam wawancara eksklusif di kanal YouTube Indonesia Baru, Dandhy mengungkapkan pertanyaan soal film lima tahunan itu pasti keluar dari sudut pandang Pemilu. Namun, bagi sudut pandang pembuat film, pertanyaan tersebut akan berbeda.
Dia mengatakan film Yang Ketujuh juga diframe sebagai upaya untuk mengglorifikasi Jokowi. Padahal dia membuat banyak film lain setelah Yang Ketujuh. “Ada banyak sekali film tapi kemudian lagi-lagi orang hanya mengingat momen politik,” katanya..
Dua di antarnya adalah film Rayuan Pulau Palsu dan Jakarta Unfair yang dirilis pada masa Pilkada DKI 2017. "Dan lagi-lagi disimpulkan film tersebut yang ikut membantu kekalahan Ahok dan dianggap menguntungkan Anies,” ujarnya.
Dia bercerita film Sexy Killers berawal dari Ekspedisi Indonesia Biru pada 2015. Selanjutnya dia dan tim menambah riset dan menemukan fakta menarik, yakni orang-orang yang berkaitan dengan industri batubara tidak membuat kebijakan beralih ke energi terbarukan.
“Ternyata mereka juga pemegang saham di tambang batubara mereka punya saham di PLTU. Jadi itu baru ketemu dalam riset yang lebih detail,” katanya.
Begitu masuk ke momen Pilpres 2019, dia dan tim juga menemukan fakta bahwa ternyata orang-orang yang bertarung di Pemilu 2019 memiliki koneksi di jaringan kepemilikan bisnis yang sama.
“Ketika itu kami putuskan film ini dikaitkan dengan Pilpres. Jadi keputusan itu ada di awal 2019. Ketika sudah mulai masuk musim kampanye dan mulai muncul daftar tim kampanye,” ujarnya.
Dandhy bercerita, di antara 2019 hingga 2024, dia dan tim membuat banyak sekali film, seperti Pulau Plastik, The End Game, dan Kinipan.
“Antara Sexy Killers dengan Dirty Vote banyak sekali film dan memang pekerjaan saya bikin film. Kalau ada yang bilang bikin film 5 tahun sekali, terus saya makan apa?” katanya.
Menurut dia, ada atau tidaknya Pemilu, dia akan tetap membuat film. Dia pun menilai film-filmnya sudah tepat muncul di masa Pemilu. “Ketika dia (film) muncul di masa Pemilu ya lebih tepat dong. Masa harus saya tunda di musim libur lebaran atau natal?”
Pilihan Editor: Film Dirty Vote Tembus 13 Juta Penonton, Dandhy Laksono Jawab Pertanyaan Publik