TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden Ganjar Pranowo menyinggung tentang sosok pensiunan jenderal yang disebutnya mencla-mencle. Hal itu dikatakan mantan gubernur ini dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 7 Februari 2024, seperti dikutip dari ANTARA.
Ganjar menceritakan saat dua pemilu lalu, ada seorang jenderal bintang empat mengatakan, "Dia yang saya pecat."
Ditambah lagi dalam sebuah diskusi, jenderal tersebut mengatakan, "Bagaimana mau membela orang itu, catatan sejarahnya begini, catatan psikologinya begini dan dia dipecat."
Bahkan, lanjut Ganjar, ada juga yang mengatakan, "Hai, pensiunan TNI, Anda bodoh kalau pilih orang yang kami pecat." Namun ia tidak menyebut tokoh yang dimaksudnya.
Ganjar menambahkan, "Orang-orang yang dulu berbicara itu sekarang berada di kubu sana. Maaf, sebagai patriot sejati, saya tidak diajari untuk mencla-mencle. Bapak saya bukan pensiunan jenderal, hanya pensiunan letnan satu."
"Bapak dan ibu saya mengajarkan biasa disiplin karena anak militer, Brimob, anak polisi, biasakan satu pikiran, perkataan, dan perbuatan. Jangan jadi orang yang mencla-mencle," kata Ganjar.
Lantas, apa sebenarnya arti kata mencla-mencle? Kata ini berasal dari Bahasa Jawa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata ini adalah "tidak dapat dipercaya" atau tidak dapat dipegang sama sekali.
Dalam bahasa percakapan sehari-hari ada kata yang lebih umum dipakai untuk menggambarkan seseorang yang acap kali berganti pendirian, yakni plinplan. Menurut KBBI, plinplan berasal dari kata plintat-plintut yang disingkat. Ini juga berasal dari Bahasa Jawa yang artinya: berpendirian tidak tetap; tidak berpendirian; mudah dipengaruhi.
Dalam percakapan sehari-hari, kata mencla-mencle ini biasanya dipakai untuk menggambar seseorang yang perkataannya tidak bisa dipercaya. Misalnya dalam kalimat: Omongane mencla-mencle yang artinya omongannya berubah-ubah, tidak bisa dipercaya.
Dalam Bahasa Jawa, juga dikenal peribahasa yang artinya kurang lebih sama dengan mencla-mencle yaitu isuk tempe, sore dele yang diindonesikan kira-kira berati pagi tempe, sore kedelai. Biasanya peribahasa ini untuk menggambarkan orang yang plin-plan.
Pilihan Editor Harry Bezoek Raja Charles III, Kenapa Pangeran William Tak Mau Temui Adiknya?