TEMPO.CO, Jakarta - Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau Timnas Amin menanggapi dugaan beberapa arahan kepada akademisi untuk memberikan testimoni baik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Testimoni itu juga disebutkan dilakukan dengan cara mengintimidasi para akademisi.
“Kami dari Timnas Amin perlu menegaskan agar oknum-oknum yang kami duga dari pihak kepolisian agar bersikap netral di Pemilu 2024,” kata juru bicara Timnas Amin, Iwan Tarigan, kepada Tempo, Selasa, 6 Februari 2024.
Ia mengatakan sebagai institusi negara yang bertugas menjaga keamanan, ketertiban serta pertahanan dan kedaulatan negara, maka TNI dan Polri harus berdiri di atas kepentingan nasional. "Dalam suasana pesta demokrasi, tugas utama TNI dan Polri adalah memastikan pemilu berjalan dengan aman, damai dan adil tanpa intervensi politik kekuasaan,” ujarnya.
Netralitas TNI dan Polri, kata dia, membantu memastikan pemilu berlangsung tanpa intervensi militer atau polisi yang dapat mengganggu proses pemilihan. Ini penting, kata dia, untuk menjaga keadilan dan integritas pemilu.
“Ketika TNI dan Polri netral, mereka dapat mencegah dan menangani kekerasan politik atau ketegangan yang mungkin terjadi selama pemilu. Ini membantu menjaga stabilitas dan keamanan selama proses pemilu,” ujarnya.
Sebelumnya, muncul deklarasi tandingan yang menyanjung pemerintahan Jokowi. Salah satunya datang dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto atau UMP. Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Jebul Suroso mengatakan pujiannya itu wujud apresiasi atas kinerja Jokowi. Khususnya, kata dia, dalam menangani Covid-19, infrastruktur, dan pengadaan riset untuk perguruan tinggi.
Suroso membuat video bernarasikan apresiasi kepada pemerintahan Jokowi. Dalam videonya itu, dia berharap agar dalam momen Pemilu 2024, bangsa Indonesia bisa mendapatkan pemimpin yang dapat melanjutkan kinerja Jokowi.
Sementara dilansir dari Koran Tempo edisi Senin, 5 Januari 2024, Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Semarang atau Unmus Hardi Winoto mengaku kedatangan dua polisi untuk membuat video wawancara dengan jawaban-jawaban yang menunjukkan kebaikan pemerintah Jokowi. Polisi awalnya menanyakan soal Pemilu.
Hardi tak menyangka pada Jumat, 2 Februari 2024, ia mendapat kiriman tautan media massa serta muncul di media sosial TikTok yang memuat materi wawancaranya dengan polisi itu. “Saya dikira mengarahkan ke salah satu pasangan calon (presiden),” kata Hardi.
Tempo telah berupaya mengkonfirmasi dugaan aparat kepolisian membuat atau merancang testimoni para rektor ke Mabes Polri. Namun pesan konfirmasi Tempo kepada Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Sandi Nugroho, belum direspons. Setali tiga uang, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Trunoyudo Wisnu Andiko, juga tidak merespons permintaan konfirmasi Tempo.
Pilihan Editor: Kaesang Ungkap Jokowi Banyak Beri Arahan saat Bertemu di Bandung, Tapi...