TEMPO.CO, Jakarta - Baru saja putaran ketiga debat capres 2024 digelar. Calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto melontarkan istilah “omon-omon” pada Ahad, 7 Januari lalu. Bukan kali pertama para capres dan cawapres melontarkan istilah yang menjadi trending di media sosial, seperti “Wakanda No More”, “Sorry ye”, SGIE, hingga “Omon-omon”.
“Omon-omon”
Kata “omon-omon” itu disebutkan oleh calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto ketika menanggapi kritik dari calon presiden nomor urut satu, Anies Baswedan. Ucapan Prabowo yang mengatakan “omon-omon” pun langsung viral di media sosial.
Bahkan, kata itu sempat masuk dalam jajaran trending topic di media sosial X. Sementara itu, berdasarkan penelusuran Tempo, kata “omon-omon” yang diujarkan Prabowo tidak terdapat di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Ternyata, istilah “omon-omon” adalah plesetan dari kata omong-omong. Kata “omon-omon” diucap Prabowo untuk menyentil Anies agar tak cuma ngomong doang. Kata “omon-omon” pun langsung banyak digunakan warganet di media sosial sebagai istilah plesetan.
"Kita memimpin, kita mau bawa agenda itu ngomong. Omon, omon. Nggak bisa. Kenapa negara-negara selatan melihat ke Indonesia, karena kita berhasil membangun ekonomi kita," kata Prabowo.
“Wakanda No More”
Istilah tersebut diucapkan calon presiden nomor urut satu, Anies Baswedan pada putaran pertama Debat Capres 2024. Anies Baswedan berjanji menjamin kebebasan berpendapat saat ia terpilih menjadi presiden pada Pilpres 2024. Menurut Anies, pihaknya tidak ingin masyarakat takut dalam menyampaikan pendapat karena berkaitan dengan masa depan.
“Wakanda no more, Indonesia forever (Wakanda tidak ada lagi, Indonesia selamanya),” pungkas pada sesi penutup debat capres di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Selasa malam, 12 Desember 2023.
Diketahui, istilah Wakanda kerap digunakan sebagai kata ganti Indonesia oleh masyarakat ketika ingin mengkritik pemerintahan agar terhindar dari delik hukum. Mantan Rektor Paramadina itu mengatakan saat ini Indonesia berada di persimpangan jalan antara negara hukum yang dikendalikan oleh penguasa atau negara kekuasaan yang mengendalikan hukum. Dalam situasi ini, kata Anies, diperlukan gerakan perubahan.
“Kita ingin mengembalikan Indonesia tetap menjadi negara hukum di mana kekuasaan dikendalikan,” kata Anies.
Sorry Ye!
Pada putaran pertama Debat Capres 2024, Prabowo Subianto mengucapkan istilah yang juga sempat trending di media sosial. Dengan suara lantang sambil menunjuk Anies, Prabowo menyampaikan tidak takut jika tidak mempunyai jabatan atau terpilih dalam Pilpres 2024. "Sorry, ya..., sorry ye," kata Prabowo dengan nada geram.
Ujaran tersebut dilontarkan Prabowo untuk menanggapi Anies, yang menyerangnya perihal masalah putusan MK. Prabowo mengklaim timnya menyebutkan putusan MK itu tidak bermasalah dari sisi hukum. Sementara untuk pelanggaran etikanya sudah diambil tindakan dan keputusan.
Prabowo menyatakan putusan itu tidak dapat diubah. "Kami ini bukan anak kecil, Mas Anies. Anda juga paham, sudahlah. Rakyat juga paham. Intinya rakyat yang putuskan, rakyat yang menilai," ujar dia.
Menurut Prabowo, jika rakyat tidak menyukai pasangan nomor urut 2 itu tidak perlu memilih. "Jika rakyat tidak suka dengan Prabowo dan Gibran, tidak usah pilih kami," katanya.
SGIE
Terakhir, lontaran yang menarik khalayak tidaklah muncul dari calon presiden, tetapi justru dari calon wakil presiden nomor urut dua, Gibran Rakabuming. Pada putaran kedua Debat Capres 2024, Gibran memberikan pertanyaan terhadap calon wakil presiden nomor urut satu, Muhaimin Iskandar (Cak imin).
Sontak penonton merespons dengan riuh karena jawaban Cak Imin yang di luar dugaan. "Saya gak paham SGIE apa? Saya tidak pernah mendengar istilah ini," kata Cak Imin kepada Gibran. SGIE sendiri merupakan singkatan dari State of the Global Islamic Economy. Istilah ini mengacu pada laporan tahunan tentang kondisi Ekonomi Islam secara global.
Sistem Pertahanan 5.0
Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyebut Sistem Pertahanan 5.0 dalam putaran ketiga Debat Capres 2024 lalu. “Pertahanan kita mesti masuk wilayah 5.0 dengan teknologi Sakti. Dengan rudal hipersonik, senjata siber, sensor kuantum, dan senjata otonom. Itu bisa dilakukan kalau anggaran dari Kementerian Pertahanan 1-2 persen dari PDB,” kata Ganjar dalam sesi penyampaian visi dan misi
Wilayah 5.0 yang disebut ganjar ternyata merupakan bagian dari perkembangan manusia di era society 5.0. Dilansir dari laman DJPb, konsep society 5.0 tidak berbeda jauh dengan konsep Revolusi Industri 4.0. Namun, perbedaan yang mencolok adalah fokus utama terhadap manusia pada era society 5.0. Jika revolusi industri menggunakan kecerdasan buatan sebagai komponen utamanya maka society 5.0 menggunakan teknologi modern dengan mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya
MICHELLE GABRIELA | MELYNDA DWI PUSPITA | IHSAN RELIUBUN | MUTIARA ROUDHATUL JANNAH | RIZKI DEWI AYU | TIKA AYU | YOHANES MAHARSO JOHARSOYO
Piilihan Editor: Ramai Prabowo Bilang Omon-omon Tanggapi Anies hingga Jadi Trending di X, Apa Artinya?